Kab. Agam — Nagari Tiku V Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara, Kabupaten Agam, Propinsi Sumatra Barat, yang tahun 1964 masih hutan belantara, yang dikenal dengan “Mentawai”-nya Agam atau daerah paling terisolir, kini bagai anak gadis yang tercelak.
Sebagai nagari terujung dan terisolir, Tiku V Jorong merupakan nagari yang cukup kaya akan hasil sumber daya alam, seperti hasil laut dengan ikan, kerang dan udang, pertanian dan perkebunan buah kelapa sawit yang cukup menjanjikan untuk peningkatan ekonomi masyarakat.
Tokoh dan pendiri Nagari Tiku V Jorong, Abdul Muis Datuk Bandaro yang juga ketua Kerapatan Adat Nagari, mengatakan hal itu, pada Rabu 14/12/2022 di Muaro Putus, Nagari Tiku V Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara.
Dilanjutkannya lagi, bahwa membangun sebuah nagari yang tadinya tidak mempunyai apa-apa menjadi sebuah nagari yang makmur, aman dan kaya tentu diperlukan kerja keras dan perjuangan cukup panjang.
“Saya datang ke sini, Muaro Putus hanya dengan tekad dan kerja keras serta niat tulus ikhlas. Artinya, saya berpikir, bagaimana daerah ini bisa maju dan berkembang pesat. Dan alhamdulliah kini sudah dapat dinikmati masyarakat hasil yang kita tanam,” ungkap A. Muis Datuk Bandaro yang pernah jadi anggota DPRD Agam ini.
Sebagai Datuk, ia berperan aktif memegang teguh sikap, anak di pangku, kemanakan dibimbing dan urang kampung dipatenggangkan. Dan ini terbukti apa yang dikerjakannya mendapat sambutan positif dan tak kalah pentingnya hampir setiap tahun, masyarakat yang menjadi anggota plasma selalu mendapatkan bagian dana cukup tinggi.
“Saya minta kepada masyarakat mendapatkan dana plasma untuk tidak bergantung pada dana ini saja. Tapi harus mampu menciptakan peluang usaha lain. Artinya, kita harus punya pekerjaan untuk penghasilan sehari- hari. Hidup tidak boleh kaku, tapi harus punya terobosan-terobosan,” kata A. Muis Datuk Bandaro yang membangun nagari melalui sungai dengan menaiki perahu.
Ketua Kerapatan Adat Nagari ( KAN ) Tiku V Jorong, A. Muis Datuk Bandaro merasa sedikit prihatin melihat kondisi anak-anak muda yang banyak menghabiskan waktunya tiada berarti. Dulu pada usia 24 tahun yang silam, kata Datuk Bandaro ini, dirinya tidak pernah diam, bekerja dan bekerja untuk kemajuan diri dan memajukan daerah.
“Saya berjuang tanpa pamrih. Bagaimana saya berhasil, daerah berkembang maju dan masyarakat sejahtera. Itulah konsep hidup saya,” ungkapnya. (Andika/leo)
Discussion about this post