PAYAKUMBUH – Tiada angin tiada hujan, salah seorang pengurus pesantren Insan Cendekia Boarding School (ICBS) di salah satu group WhatsApp memberikan komentar yang melecehkan profesi wartawan, komentar dari Hannan Putra tersebut menimbulkan keresahan bagi para pemburu berita di Luak 50.
Berikut salah satu kutipan dari Hannan Putra melalui Group WhatsApp “Payakumbuh Maju” hari ini yang beranggotakan 200 orang lebih, komentar dari Hannan Putra, LC yang konon jebolan Perguruan Tinggi Timur Tengah itu tidak mencerminkan komentar seorang pendidik.
“Sejak pesantren saya menjadi sasaran ATM dan Bullying dari wartawan bodrek, terus terang, saya tidak akan diam lagi melawan wartawan2 nakal.. Salam hormat ?”
Sebelum melontarkan pernyataan di atas, awalnya Hannan Putra memberikan komentar terkait berita yang diterbitkan oleh media Payakumbuhpos.id. Lalu merembes ke masalah profesi wartawan.
Komentar Hannan Putra di grup WA Payakumbuh Maju tersebut mendapat reaksi keras dari Ketua Serikat Media Siber Indonesia, (SMSI) Luak 50, Syafri Ario. Menurut Syafri jika melihat isi percakapannya di Grup WhatsApp tersebut, ia menilai Hannan itu tidak mengerti persoalan. Kalau dalam istilah arabnya Jahil Murrakab.
“Kenapa saya katakan begitu, karena pertama saya melihat dia katanya mengkritik berita wartawan, namun dia menurut saya tidak paham apa saja jenis tulisan di dalam sebuah media, itu banyak sekali ragamnya, ada straight news, feature bahkan ada berita rilis dan kerjasama,* sebut Syafri Ario, Jum’at 11 November 2022.
Lalu komentar selanjutnya yang membuat Syafri bingung tiba tiba Hannan meluapkan kekesalan tanpa alamat dan tuduhan yang tidak jelas. Dia menyebut lembaganya telah menjadi ATM berjalan oleh wartawan bodrex sementara statementnya di grup itu seolah mengalamatkan untuk seluruh wartawan di grup tersebut.
Kesalahannya adalah, kata Syafri, pertama dia harus bisa membedakan wartawan bodrex dengan yang tidak, dan jika berkomentar dia harus menjelaskan siapa orang yang dia tuduhkan wartawan bodrex agar tidak menjadi muatan kebencian dan membuat keresahan.
“Jadi karena ketidak tahuannya dia melabrak tanpa arah seperti tidak mencerminkan seorang ustad ICBS,” imbuh Syafri Ario lagi.
Selanjutnya Syafri Ario menduga tuduhan bullying terhadap lembaganya hanya claim sepihak, karna bisa jadi kritik yang disampaikan oleh media namun dianggapnya bullying. Kemudian jikapun benar ada wartawan bodrex yang menjadikan ATM lembaganya harus dengan jelas mengungkapkan siapa orangnya dan bagaimana bentuk bullying dan ATMnya.
Syafri Ario menyarankan kepada Hannan agar tidak sembrono melontarkan komentar dan mempelajari dunia jurnalistik sehingga paham dinamika dunia pers.
Syafri juga mengatakan media yang ia komentari adalah salah satu anggota SMSI, yang dia pimpin. Sehingga dia merasa perlu untuk menjelaskannya agar terang benderang. “Intinya jangan sama ratakan semua wartawan,” ujarnya.
Diketahui SMSI adalah organisasi perusahan pers yang diakui Dewan Pers. (Konstituen Dewan Pers). Artinya organisasi ini bukan untuk menaungi wartawan bodrex, pungkas Syafri. (SMSI)
Discussion about this post