Bukittinggi — Sistim saluran air terutama di perkotaan seyogyanya mengalirkan air dari saluran tersier ke sekunder dan seterusnya berkumpul ke saluran primer. Namun kenyataannya kini banyak yang terjadi justru sebaliknya, sehingga mengakibatkan terjadinya genangan air di saluran tersier yang berada di kawasan pemukiman.
Begitu juga yang terjadi di kota Bukittinggi selama ini. Penyebab utamanya karena saluran primer atau drainase utama tidak mampu menampung debit terutama pada saat hujan turun.
Selain itu, jelas Kepala Dinas Perumahan dan Pemukiman (Perkim) Kota Bukittinggi, Rahmat AE yang ditemui di ruang kerjanya beberapa hari lalu, adalah terjadinya penyinaran pada drainase, terutama akibat tumpukan sampah.
Untuk mengatasi kondisi itulah Pemko Bukittinggi sejak dua tahun lalu membangun saluran primer pada ruas Jalan Sudirman, Perintis Kemerdekaan dan Jalan Pemuda yang kini sudah proses finishing pekerjaan.
Menurut Rahmat, saluran air utama di jalan Sudirman yang mengalirkan dari arah Selatan Bukittinggi sudah dibangun lama sekali sejak zaman penjajahan Belanda, sehingga tidak mampu lagi menampung debit air, terutama ketika hujan turun.
“Apalagi sejak dari hulu di kawasan Banuhampu, Kabupaten Agam,sudah dipenuhi dengan bangunan yang kurang didukung oleh sistim drainase serta semakin kecilnya daya serap tanah terhadap air,” ulasnya.
Kondisi itu semakin diperburuk dengan banyak sampah yang ikut hanyut ke saluran utama dan tersangkut pada titik-titik tertentu, sehingga menyebabkan air melimpah ke luar.
Dari limpahan yang muncul saat curah hujan turun dengan intensitas tinggi, bahkan menurut Rahmat justru bisa berbalik ke saluran sekunder sampai ke saluran tersier yang menyebabkan terjadinya genangan air sampai ke kawasan pemukiman.
Setelah saluran primer yang tidak lama lagi bisa berfungsi,Kadis Perkim menyebutkan, selain mampu mengalirkan air secara alami, untuk kawasan tertentu minimal akan mampu mengurangi air yang berbalik aliran sampai ke saluran tersier.
Karena itu, Rahmat menghimbau peningkatan kesadaran warga untuk tidak membuang sampah ke saluran air atau bandar, juga diperlukan kerjasama antar daerah, karena aliran air serta saluran yang ada di kota Bukittinggi berhubungan dengan daerah lain, terutama Agam. (Pon)
Discussion about this post