Pahit, memang pahit. Ketika bicara tentang ekpektasi (KBBI: Pengharapan), berharap mendapat apresiasi, pujian ataupun pengakuan dari sebuah prestice (gengsi), yang dituai malah berbalik arah. Maka seketika itu jua lah ekspektasi terbantahkan. Tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Dan seketika itu juga runutan bahasa yang didengungkan terpatahkan, dianggap sekedar ucapan lips service belaka.
Adalah peristiwa nasi basi yang “dikemas” dalam acara refleksi 4 tahun capaian pembangunan Genius – Mardison, Senin (17/10) di ruang rapat kantor Balai Kota Pariaman yang juga dihadiri Sekdako Pariaman Yota Balad dan sejumlah pejabat teras itu, sekelebat membungkam ekspektasi yang dibangun Genius selama 4 tahun belakang.
Terang, hal kecil tersebut jadi tolok ukur yang berdampak besar. Betapa narasi yang dibangun Genius di hadapan puluhan wartawan saat memberikan keterangan pers di acara itu, tak menunjukkan sinergitas yang linear.
Di awal mukadimahnya, dengan gimik meyakinkan, Genius memuji serta mengungkapkan rasa terimakasih terhadap pers yang sudah turut andil dan berjasa membangun kota Pariaman. Karna pers, kata Genius kala itu dengan langgam khasnya, selalu membantu Kota Pariaman dalam menginformasikan kegiatan-kegiatan yang telah dikerjakan oleh Pemerintah Kota Pariaman selama ini kepada masyarakat.
Genius juga panjang lebar membangun narasi atas eforia kesuksesan yang diklaim sukses selama periode kepemimpinannya. Sederet program dia terangkan di hadapan wartawan, serta program program lain yang akan dijalankan ke depan, di sisa-sisa kepemimpinannya jelang setahun mendatang. Wah, apik benarlah.
Namun pahit! Ekspektasi yang didengungkan Genius di hadapan puluhan wartawan, ujug-ujug terkontaminasi dengan pemberitaan nasi basi oleh Pemko Pariaman.
Sejumlah wartawan mewartakan, pegiat media yang sengaja diundang Pemko Pariaman untuk mendengarkan narasi yang bertajuk “Refleksi 4 Tahun Capaian Pembangunan Genius – Mardison”, disuguhi nasi kucing yang sudah basi saat jam siang usai kegiatan.
Nasi yang ditaksir seharga sepuluh ribu rupiah itu diharapkan nikmat, setelah mendapatkan keterangan dari “orang hebat”, berakhir di kotak sampah. Tak salah kejadian itu mengundang kekecewaan wartawan yang mereka nukilkan dalam bentuk tulisan pemberitaan.
Wajar para wartawan yang menerima perlakuan tak wajar ini mengkonfirmasi ke pihak Dinas Kominfo Kota Pariaman dan disudahi dengan permintaan maaf oleh Kabid Pemberitaan, dan berjanji akan menelusuri siapa yang bertanggungjawab dengan kejadian ini.
Discussion about this post