Harus jujur! Prihatin awak dengan ego yang dikemukakan Pemko Pariaman, di bawah ‘asuhan’ Wali Kota Genius Umar. Soal seluruh aset Pemkab Padang Pariaman yang ada di wilayah Kota Pariaman.
Saat ini masih ada kurang lebih sekitar 34 aset Pemkab Padang Pariaman terletak di Kota Pariaman, baik produktif maupun ‘nganggur’. Karena sewaktu status Kota Administratif masih disandang Pemko, Pariaman adalah Ibukota Kabupaten Padang Pariaman, tepatnya sebelum UU 12/2002 resmi diundangkan.
Tentu saja, hal ini jadi kekhawatiran Pemkab Padang Pariaman mengingat masih banyak aset produktif, yang hingga kini dipergunakan oleh OPD untuk menjalankan roda dan fungsi pemerintahan. Apalagi sebagian besar aset-aset yang produktif itu banyak yang sudah dipugar menggunakan dana APBD.
Konon penyelesaian serah terima 6 aset yang dimediasi kejaksaan kemaren tak main-main. Lembaga anti-rasuah ikut terseret menyelesaikan persoalan serah terima aset ini, terlepas siapa yang memulai melibatkan KPK dari 2 kali pembahasan itu. Lalu berlanjut dengan mediator kejaksaan sehingga 6 aset milik Pemkab kembali dihibahkan. Mungkin saja barangkali Pemko ngebet ingin “menguasai” aset milik sang induk. Tapi entahlah.
Sebetulnya upaya Pemko Pariaman ingin ‘menguasai’ aset Pemkab yang ada di wilayahnya itu bagus, asal terkelola dengan benar. Yang jadi kendala itu, saat APBD cekek, Pemko Pariaman malah ngebet minta aset. Toh.. Aset aset milik Pemko yang usianya baru seumur jagung saja, dibangun pakai APBD murni belum lama ini, yang terbilang potensial dan butuh perhatian, diabaikan. Kan ironis, gak lucu jadinya!
Awak rasa Pemko Pariaman sekarang kebanyakan action (keinginan tingkat dewa, tapi kemampuan seperempat nyawa). Buktinya, hibah aset yang belum lama ini diserahkan, sewaktu jaman Ali Mukhni jadi bupati, tidak terkelola! Lihat saja GOR Pauh, GOR Rawang yang pembangunannya masih belum tuntas. Belum lagi Gedung Nasional di Jawi-Jawi 1, jangan ditanya! Sedikitpun belum dicolek Pemko.
Sebagai perhatian, aset yang dihibahkan Pemkab Padang Pariaman itu adalah aset yang tidak aktif, butuh perawatan ekstra. Awak tidak tau planning kota ini sebetulnya bagaimana. Namun sejauh yang awak amati dan lihat sementara, ada 2 jawabannya: Pemko Pariaman kurang perencanaan atau lebih buruknya naif karena ego saja biar dibilang “hebat”.
Sebab barang tentu, aset yang diterima Pemko Pariaman dari sang induk tersebut butuh biaya revitalisasi besar untuk dipugar ulang, setidaknya dirombak total sesuai kebutuhan. Pemko jangan nyeleneh (aneh bin bahlul). Ngebet minta aset, tapi duit seret. Namun di luar semua itu, tertumpang harapan besar. Semoga saja aset aset yang sudah dihibahkan dapat terkelola dengan baik oleh Pemko. Kendati tidak sekarang, besar harapan ini jadi PR untuk Wali Kota Pariaman yang akan datang. (*)
Discussion about this post