Padang — Pertanian terpadu merupakan sistem yang menggabungkan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan ilmu lain yang terkait dengan pertanian dalam satu lahan, sehingga diharapkan dapat sebagai salah satu solusi alternatif bagi peningkatan produktivitas lahan, program pembangunan & konservasi lingkungan serta pengembangan desa secara terpadu.
Mendorong sistem pertanian terpadu ini, Wakil Gubernur Sumbar, Audy Joinaldy didampingi Wakil Walikota Payakumbuh, Erwin Yunaz melakukan kunjungan sekaligus audiensi bersama kelompok-kelompok tani dari beberapa kelurahan berbeda, yang menggarap budidaya komoditi berbeda pula, di Kota Payakumbuh, Sabtu (19/3/22).
Wagub mengatakan 23% Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Barat berada di sektor pertanian. Sehingga untuk meningkatkan ekonomi lebih cepat pemerintah harus menguatkan sumber-sumber ekonomi utama di Sumbar, dalam hal ini pertanian.
“Makanya kita coba banyak fokus ke hilirisasi dan pertanian terpadu, oleh sebab itu kelompok-kelompok tani kita dorong untuk berkreasi lagi, sementara pemerintah membantu dan mengarahkan,” ujar Wagub Audy.
“Apa-apa yang bisa disalurkan, nanti kita akomodir disesuaikan ketersediaan barang dan anggaran. Bantuan nanti bisa berupa kumbung, bibit, atau rumah produksi jamur. Bisa juga sapi, itik petelur, ayam kampung, alsintan dan juga bantuan untuk kebutuhan distribusi,” lanjut wagub.
Menurut Wagub, banyak kelompok tani pada dasarnya sudah memiliki kemampuan dan kapasitas, selanjutnya tinggal membangun brand dan sustainability nya. Hal ini kata wagub, memang membutuhkan waktu, upaya, biaya, serta tekad yang ekstra untuk dapat meningkatkan value hasil produksi pertanian ke depan.
Salah satunya kelompok Tani Payolinyam, di Tigo Koto Dibaruah, Payakumbuh Utara. Dibina oleh Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kota Payakumbuh sejak 2008, kini berhasil memberdayakan tak kurang dari 120 KK untuk membangun kampung jamur Payolinyam.
Eni Kurniati, penyuluh pertanian Kota Payakumbuh yang turut membina kelompok petani jamur Payolinyam mengatakan, meski masih belum optimal, kelompok binaannya mampu memproduksi hingga 300 kg jamur per hari. Hasil produksi jamur juga langsung diolah masyarakat setempat menjadi beberapa produk olahan, seperti rendang jamur tiram, nugget, jamur crispy, dan lain-lain.
“Saat ini hasil olahan jamur dipasarkan sesuai permintaan, tapi sebelum pandemi pemasaran jamur kita sudah sempat sampai ke luar provinsi,” kata Eni.
Selain hilirisasi, sebagai bagian dari pembangunan sistem pertanian terpadu, BPP juga mendorong kelompok-kelompok tani untuk bekolaborasi dengan kelompok ternak, agar dapat memaksimalkan pemanfaatan produksi pupuk organik dari sektor peternakan.
Selain kelompok tani jamur, Wagub dan Wawako Payakumbuh juga berdiskusi dengan kelompok tani lain, seperti jagung, cabe, serta pertanian hortikuktura lain, juga kelompok ternak.
Pada kesempatan itu, Wawako Payakumbuh, Erwin Yunaz juga memberikan apresiasi atas perhatian pemerintah provinsi pada sektor pertanian. Ia mengarahkan kelompok tani untuk mengikuti prosedur pengajuan bantuan dari pemerintah.
“Kita sangat apresiasi perhatian pemerintah provinsi, serta upaya BPP yang telah menjadi jembatan antara pemerintah dan petani. Seperti yang disampaikan Bapak Audy, banyak kegiatan kelompok yang dapat disalurkan bantuan pemberdayaan dari pemerintah di berbagai komoditi pertanian dan peternakan,” katanya. (Mc)
Discussion about this post