Lautan lumpur menggenangi ruas jalan pada proyek Peningkatan Jalan 2 Ruas yang dikerjakan KSO Bangun Jaya – Bunga Mas. Sisi jalan yang sudah dipadatkan tersebut kuat terindikasi menggunakan timbunan bekas galian, hal itu dibuktikan dengan lumpur yang ditumbuhi rumput sepanjang ruas yang dikerjakan di ruas Cubadak Mentawai Batas Kota.
PARIAMAN – Buruknya mutu pengerjaan proyek dengan judul : Peningkatan Jalan 2 Ruas, yang dikerjakan KSO PT. Bangun Jaya – PT. Bunga Mas terancam dianulir oleh pemilik proyek (Dinas PU Kota Pariaman). Pasalnya sejauh ini, berdasarkan pengamatan media di dua lokasi sekaligus, yakni di ruas jalan Simp. Padusunan By Pass serta di ruas jalan Cubadak Mentawai Batas Kota, pekerjaan yang sudah dikerjakan oleh kontraktor diduga keras menyalahi spesifikasi teknis yang tertuang dalam kontrak dan RAB.
Buktinya, pada Senin (6/10), Kabid Bina Marga Mulyawan selaku PPK kegiatan pada media mengeluarkan statmen, jikasanya pekerjaan yang bernomor kontrak : 07/SPP.BM/DPU.PRM-2018 dengan pagu bernilai Rp. 7.938.098.000 ini telah menerima SP1 dari Dinas PU.
“Kita sudah memberikan SP1 terhadap kegiatan ini, nanti akan kita berikan SP2 kalau memang ada kesalahan lain yang terjadi di lapangan. Pekerjaan yang tidak memenuhi spek tidak akan kita bayar dan bongkar. Karena untuk pengerjaan coran K250 harus menggunakan redimix,” sebut Mulyawan ketika itu menjamu tim media yang menyambangi dirinya di ruangan Kabid Bina Marga, Dinas PU Kota Pariaman.
Kendati pekerjaan proyek telah mendapatkan SP1. Namun ironinya, pelaksanaan kegiatan itu tetap saja mengangkangi aturan. Hal itu dibuktikan dengan temuan yang didapatkan oleh tim media sewaktu memantau perkembangan kegiatan yang tengah berlangsung, selang beberapa waktu.
Kenyataan sepengamatan tim media, pekerjaan pelebaran jalan yang sudah dilakukan menggunakan coran redimix di ruas Simp. Padusunan By Pass, kuat terindikasi tidak mencapai mutu K250. Pasalnya, dari pantauan media mendapatkan, di beberapa titik pekerjaan ditemukan sejumlah keretakan pada jalan yang sudah dikerjakan. Diduga kuat mutu coran tidak sesuai takaran.
Bahkan mirisnya, ketika itu Jumat (21/9), tim media menemukan adanya keberadaan mesin molen di seputaran lokasi, persis tak jauh dari mess kantor yang dihunyi pelaksana saat itu. Selain itu, tim media yang sempat mengukur ketebalan rabat terindikasi tidak memenuhi standar, dengan kisaran ketebalan bervariasi antara 6 – 8 cm.
Hal tersebut diperkuat dengan adanya temuan media lainnya, persis di dekat plang proyek, pelebaran bahu jalan yang seperti akan dicor tampak dangkal. Karena sejatinya pelebaran jalan yang dibuat dengan rabat beton memiliki tebal 15 cm.
Tak sampai di situ. Lebih parahnya lagi, saat kontraktor tengah melakukan pekerjaan di ruas Simp. Padusunan By Pass serta di ruas jalan Cubadak Mentawai Batas Kota. Di sana, sejumlah indikasi temuan menyalahi RAB dikantongi tim media pada Sabtu (6/10).
Dapat dikatakan sepanjang ruas jalan yang tengah dipadatkan, maupun penambahan pasangan batu di sisi jalan saat itu disinyalir melenceng dari spek yang ada. Tidak terlihat adanya rambu-rambu peringatan yang dipajang sepanjang pekerjaan, tentunya memperburuk suasana kegiatan proyek.
Terang saat itu pelebaran jalan yang sudah dipadatkan, pelaksana kegiatan disinyalir memakai tanah bekas galian dan berlumpur. Buktinya, pemadatan yang dipenuhi dengan lumpur serta dihiasi rerumputan. Belum lagi adukan semen untuk item pekerjaan pasangan batu tampak rapuh.
“Ada indikasi kontraktor memakai tanah timbunan bekas galian. Pemadatan jalan yang dikerjakan ini pun melenceng, tidak padat. Dikhawatirkan umur kegiatan ini tidak bertahan lama, pasangan batunya pun terlihat rapuh, adukannya diduga kuat tak sesuai takaran,” tutur Azwar Anas, Ketua LSM LAKI yang ikut memantau kegiatan proyek bersama media saat itu.
Tidak menutup kemungkinan, hal yang diutarakan Azwar Anas tentu sangat beralasan. Tim media ketika itu memantau pekerjaan yang sedang dikerjakan, jelas terkesan asal jadi. Bukan hanya soal ketebalan rabat beton jalan saja. Pelaksana pekerjaan disinyalir juga memainkan kedalam galian yang seharusnya memiliki kedalaman 35 cm, namun kenyataan dalam pengamatan media terindikasi tidak mencapai bobotnya. Lautan lumpur serta rumput yang memenuhi ruas menandakan timbunan yang dipakai melenceng dari perencanaan.
Sementara itu, beda halnya dengan Tom yang mengaku sebagai pengawas lapangan dari pihak pelaksana. Saat itu Sabtu (6/10) di lokasi pekerjaan, ia berujar bahwa adukan semen untuk pelebaran jalan tidak menggunakan redimix, hanya molen. “Adukan semen untuk pengecoran kita tidak memakai redimix, hanya molen. Kalau pasangan batu dengan manual,” akunya pada media.
Discussion about this post