PADANG PARIAMAN – Puluhan petugas medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Padang Pariaman, Sumbar, melakukan aksi demonstrasi terhadap direktur rumah sakit tersebut atas tuduhan yang menyatakan bahwa ada dua persen petugas dan pegawainya terindikasi teroris.
Setidaknya ada 18 dokter spesialis di RSUD Padang Pariaman mengancam mengundurkan diri dari rumah sakit tersebut. ” Ada 2 persen teroris di rumah sakit ini. Direktur itu menyampaikan tuduhan itu ketika apel di lapangan RSUD,” kata Dokter spesialis paru, Efriadi di Padang Pariaman, Rabu (18/7/2018).
Ia mengatakan, pihaknya meminta agar Direktur minta maaf dan sekaligus berhenti dari jabatannya. “Jika direktur itu tidak mengundurkan diri dari jabatannya, maka kami petugas medis yang akan berhenti,” ujarnya.
Selanjutnya, kata dia, sebelumnya juga ada sedikit masalah dengan pimmpinannya itu soal penerapan aturan sesuka hatinya tanpa memikirkan petugas medis.
Koordinator aksi dr. Efriandi, Sp.P menegaskan tuntutan yang dikemukakan rekan-rekannya itu, Direktur RSUD Padang Pariaman harus mundur dari jabatan-nya.
“Kami atas nama dokter spesialis di RSUD Padang Pariaman meminta kepada Pemerintah Padang Pariaman agar menganti direktur yang saat ini,” ujarnya.
Kalau sekiranya tidak mengindahkan tuntutan itu, kata dia, sebanyak 18 doketer spesialis yang ada di RSUD Padang Pariaman ini akan mengundurkan diri karena merasa dilecehkan.
Menanggapi hal itu, Direktur RSUD Padang Pariaman, Lismawati membantah bahwa ia mengatakan ada teroris di RSUD tempat ia menjabat. Ia hanya menjelaskan tentang teori yang mengategorikan manusia kedalam beberapa tipe, termasuk didalamnya ada tipe teroris.
Tipe teroris tersebut didapatkan ketika mengikuti pelatihan yang diikuti di Bali. Dalam hal ini tipe teroris yang dimaksud bukan yang meledakan bom. Namun, manusia sebagai pengacau atau suka mengadu domba di suatu instansi.
“Bahwasanya 2 persen petugas di RSUD adalah teroris. Maksud saya ada beberpa tipe manusia dimuka ini, termasuk juga tipe manusia teroris. Artinya, yang suka mengadu domba, bahwasanya teroris yang dimaksud itu bukan seperti informasi yang beredar. Namun teroris dalam artian yaitu adanya gosip, hujat sesama teman,” ujarnya.
Seterusnya, kata dia, petugas medis itu sebenar tidak suka atas peraturan dirumah sakit. Bahwasanya jika petugas medis datang terlambat maka gaji akan dipotong sesuai dengan aturan yang berlaku.
Menurutnya, ini hanyalah kesalah pahaman antara dirinya dengan tenaga medis tersebut. “Saya siap jika diminta bupati untuk mengundurkan diri kok, kalau memang betul itu salah,” tandasnya menghakiri. (eri/ar)
Discussion about this post