PADANG PARIAMAN – Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Padangpariaman Yurisman Yakub mengatakan, posisi wanita telah menjadi pelopor pertanian melalui kelompok wanita tani (KWT) guna menjaga ketahanan pangan di daerah itu.
“Dulu wanita hanya menjadi pelengkap untuk membantu kaum laki-laki, namun sekarang telah menjadi pelopor pertanian,” kata Yurisman, kemarin.
Menurutnya, peran wanita sebagai pelopor tersebut karena saat ini wanita ikut menjaga ketahanan pangan dengan membentuk KWT serta menyukseskan kawasan rumah pangan lestari. “Kegiatan wanita tersebut tidak saja menanam sayur mayur di perkarangan rumah dan bersawah, namun juga budidaya di antaranya jamur Tiram,” kata dia.
Ia menyebutkan salah satu KWT yang bergerak pada jamur tiram yaitu KWT Mekar Sari di Nagari Sicincin Kecamatan 2×11 Enam Lingkung yang dapat menghasilkan 25 kilogram jamur tiram per bulan.
“Bahkan KWT ini memiliki wanita pelopor yaitu Martinah. Jadi dari hasil yang ditanam dan budidaya KWT tidak saja dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari namun juga dijual sehingga dapat menambah penghasilan keluarga,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, KWT yang bergerak pada budidaya jamur tiram yaitu di Kecamatan IV Koto Aur Malintang serta juga ada kelompok wanita Kecamatan Batang Anai yang menanam sayur mayur bahkan membuat produk olahan.
“ Produk-produk yang dihasilkan tersebut yaitu di antaranya keripik ubi, kerupuk bayam, dendeng daun singkong, dan dendeng daun pepaya,” kata dia.
Ia menyebutkan saat ini jumlah KWT di daerah itu mencapai 159 kelompok dari 1.292 kelompok tani dan pihaknya akan terus memberikan bimbingan agar dapat meningkatkan taraf perekonomian warga Padang Pariaman melalui pertanian.
Sementara itu, Pengurus KWT Mekar Sari, Martinah mengatakan kelompoknya baru dapat menghasilkan sekitar 25 kilogram jamur tiram per bulan yang uangnya dimanfaatkan untuk menambah penghasilan ibu-ibu di daerah itu. “Sekilonya kita jual dengan harga Rp20 ribu,” ujarnya.
Dikatakan, jamur yang diproduksi oleh KWT tersebut dipasarkan di daerah setempat, hingga saat ini pihaknya belum mampu memenuhi permintaan pasar. Padahal berbagai rumah makan dari sejumlah kabupaten dan kota di provinsi itu telah meminta KWT tersebut untuk menyuplai 25 kilogram jamur tiram per hari.
“Namun karena KWT tersebut kekurangan anggaran untuk membesarkan usaha budidaya jamur tiram maka dengan kecil hati semua tawaran itu ditolak,” kata dia.
Ia menambahkan, pihaknya sekarang mengupayakan mendapatkan bantuan dari sejumlah pihak untuk memodali KWT tersebut melalui dana tangungjawab sosial perusahaan agar setiap rumah memiliki budidaya jamur.
“Dengan adanya setiap rumah memiliki budidaya jamur tiram maka sumber mata pencarian warga bertambah sehingga dapat meningkatkan penghasilan keluarga di daerah itu.
Discussion about this post