KINI saatnya kami berperan dan suara kami dibutuhkan sebagai kelangsungan berbangsa dan bernegara.
Sesungguhnya keutuhan dan kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia telah dikembalikan ke tangan kami.
Beberapa waktu yang lalu, para elit politik dalam koalisi-koalisi yang terbentuk telah memproposed bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden.
Sesungguhnya kamilah “raja di atas raja”. Kamilah penentu kemana republik ini akan bermuara atau bahkan berestuaria
Suara kami yang menentukan siapa yang paling pantas menduduki “kursi istana yang kami sediakan”.
Kamilah raja. Sebagai “raja” seyogiyanya bagi kami berdiri dan duduk lebih tinggi untuk melihat siapa di antara mereka yang pantas kami berikan kepercayaan menduduki “kursi istana kami itu”.
Telah menjadi sebuah kepatutan bagi kami untuk melihat lebih dari sekedar nama figur, nama-nama partai politik, background kelompok dan organisasi, atau sekedar wajah.
Silahkan berikan pada kami program kerja yang akan menjadi nyata, kami tak butuh janji, kini saatnya kami berdiri sebagai pemilik bangsa ini karena suara kami adalah milik kami, hak asasi kami, bangsa ini bangsa kami
Sudah bukan zamannya kami mendapati proposal program di atas kertas. Atau slide presentasi program yang berawal dengan kalimat “nanti jika terpilih” atau “ini yang sudah dan telah dilakukan”.
Percayalah, kami tahu bahwa semuanya yang ada saat ini tak lebih dengan “diawali dari dan kemudian diteruskan oleh”. Kami tahu bahwa tidak ada satupun konsep pembangunan itu diputuskan dalam waktu tiga atau empat tahun sebelumnya. Semuanya telah berproses sebelumnya dan berkelanjutan kemudian. Jadi janganlah gunakan kalimat “rezim” sebagai pembenaran atau ke”aku”an .
Yang ada saat ini adalah baik, karena telah diawali dengan baik, agar yang baik menjadi lebih baik.
Ada pun yang kurang baik dan harus diperbaiki, agar menjadi baik dan lebih baik lagi. Maka sudah seharusnya kami memiliki dan memilih “pelaksana tugas yang baik atau bahkan lebih baik lagi”.
Jika yang kami terima adalah si A jelek karena sudah ada berkesempatan, tapi ini dan itu. Lalu si B lebih jelek lagi karena belum pernah ini dan itu, lalu kenapa akhirnya kami harus percaya di antara salah satunya?
Kami sudah dewasa dan pengalaman hidup kami telah menjalani 6 pemimpin negara terpilih.
Kami orang dewasa jadi kurang tepat bagi orang dewasa membawa pesta demokrasi kami sebagai sarana dagelan, layaknya anak taman kanak kanak dengan gambar-gambar yang bahkan tidak lucu sama sekali.
Pertanyaannya, apakah dengan gambar-gambar dan atau kalimat-kalimat sindiran itu Negara Kesatuan Republik Indonesia ini akan berdiri dengan kokoh, perekonomian serta kesejahteraan rakyatnya akan terpenuhi?
Tak perlu memberikan informasi tanpa dasar dan data yang kuat, karena kami ada dalam industri media online dimana networking kami tersebar hingga ke pelosok negeri ini.
Dewasalah dan cerdaslah, kami mungkin lebih tahu dari apa yang kalian tahu. Informasi dan keterbukaan serta latahnya sebagian besar pelaku negara ini di media sosial jadi gambaran besar “apa mengapa, dan bagaimana hingga menjadi”.
Berikan atau proposed-lah program kerja nyata, kami sudah pintar, bahkan tingkat pendidikan kami pun sama bahkan ada yang malah lebih tinggi. Kami adalah raja di atas raja saat ini !
Oleh : Rival Achmad Labbaika
(Ketua Umum Aliansi Jurnalistik Online (AJO) Indonesia)
Discussion about this post