Padang — Pemerintah Provinsi Sumatera Barat akan mencarikan solusi bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang kesulitan melaksanakan kerja praktek secara daring di masa pandemi COVID-19.
“Di SMK selain teori, juga harus diiringi praktek untuk meningkatkan skill atau keahlian karena orientasinya adalah dunia kerja. Di masa pandemi praktek menjadi kendala dan sangat tidak efektif bila dilakukan secara daring. Ini yang akan kita carikan solusi,” kata Wakil Gubernur Sumbar, Audy Joinaldy di Padang, Selasa.
Ia mengatakan itu saat meninjau proses belajar mengajar pada beberapa SMK di Kota Padang di masa pandemi diantaranya SMKN 6, SMKN 9, SMKN 7, SMKN 8, SMKN 4 dan SMK Pertanian Padang.
Menurut Wagub jika penyebaran COVID-19 di daerah itu bisa dikendalikan, maka pembelajaran tatap muka bisa dilaksanakan. Saat ini secara umum penyebaran COVID-19 di Sumbar sudah mulai melandai. Penanganan bisa lebih tepat dan cepat dengan peningkatan testing dan tracing yang terus dilakukan.
“Untuk testing kita peringkat empat di Indonesia sementara untuk tracing kita hanya kalan dari DKI Jakarta. Hasilnya penanganan bisa lebih maksimal hingga kasus aktif mulai melandai. Namun belum semua yang bisa melakukan pembelajaran tatap muka terutama untuk Padang yang masih PPKM level 4,” ujarnya.
Penerapan PPKM level 4 di Padang karena tingkat keterisian tempat tidur bagi pasien COVID-19 di RS (BOR) masih tinggi meski hal tersebut disebabkan RS di Kota Padang menampung pasien dari seluruh daerah di Sumbar bahkan provinsi tetangga.
“Masalah BOR ini juga menjadi salah satu fokus kita. Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa teratasi,” katanya.
Wagub meminta Dinas Pendidikan Sumbar untuk menjajaki solusi untuk pembelajaran tatap muka di Padang diantaranya dengan pembagian jam sekolah atau sistem shift. Kemudian dengan memaksimalkan vaksinasi bagi siswa.
Ia menyebut vaksinasi untuk siswa sebenarnya sudah dimulai namun belum merata karena kekurangan stok vaksin. “Terakhir kita mendapatkan tambahan sekitar 100 ribu dosis vaksin namun prioritasnya adalah suntikan kedua. Kalau tidak diberikan sekarang, jarak antara vaksin pertama dan kedua terlalu jauh,” ujarnya.
Sementara kiriman vaksin Moderna yang diterima difokuskan untuk booster atau suntikan ketiga bagi tenaga kesehatan.
“Siswa sebenarnya antusias untu vaksin agar bisa secepatnya sekolah tatap muka. Namun stok vaksin kita yang tidak ada. Kita akan terus ajukan ke pusat agar bisa secepatnya melakukan vaksinasi bagi siswa,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Sekolah SMK Negeri 6 Padang, Dra. Sriwirdani, M.Pd menjelaskan, saat ini sekolahnya mengalami kesulitan pembelajaran daring oleh guru dan siswa terutama untuk pembelajaran praktek.
Menurutnya, siswa SMK sangat membutuhkan proses belajar secara tatap muka, pembelajaran secara pratikum juga sangat dibutuhkan. Karena itu ia berharap ada solusi agar lulusan SMK tetap memiliki kualitas dan kapasitas skill yang bisa diterima di dunia kerja. (Rel/Idm)
Discussion about this post