Kebanyakan kita yang ada, barang tentu punya karakteristik tersendiri untuk memilih pemimpin idaman, berikut dengan spesifikasi yang kemungkinannya tidak akan jauh berbeda antara sesama kita.
Mengidamkan sosok pemimpin yang menonjol karena kualitas. Bukan pemimpin yang menonjol karena kuantitas yang diusung oleh banyak partai-partai politik tentunya.
Lebih-lebih hal yang paling mendasar sekaligus diutamakan kala memilah dan memilih calon pemimpin, adalah dengan cara mengenal masing-masing calon ‘semaksimal mungkin’.
Namun banyak di antara kita selaku pemilih (konstituen) yang langkahnya mulai terganjal di sini. Lantas seketika tidak menutup kemungkinan berubah menjadi pemilih apatis.
Sebab awamnya, untuk mengenali calon-calon pemimpin dengan usaha semaksimal mungkin itu bukan hal mudah. Adrenalin kita dipacunya dalam kapasitas kita sebagai pemilih dari kalangan masyarakat awam.
Sedari itu, mari menjadi pintar, cerdas dan selektif dengan cara menguliti visi misi calon. Sekiranya tak perlu repot-repot mencari tahu rekam jejak pasangan calon. Cukup bedah dan pahami sedikit saja mengenai persoalan apa yang mampu kita cerna ketika menganalisa visi misi mereka.
Karena berangkat dari pemahaman tentang visi misi itu lah, kita dapat mengindikasikan dan menggambar kapasitas para calon yang menurut kita pantas dipilih karena kualitatif individu, bukan berkuantitatif pada banyaknya partai politik pendukung calon itu.
Di lain hal. Jangan pernah sekalipun mengira tugas kita sebagai rakyat maupun ummat ‘hanya disuruh’ menggunakan hak pilih semata, lalu selesai begitu saja seiring berakhirnya masa pemilihan. Tentu tidak!
Pasalnya di balik itu semua. Ketika kepada siapa kita menjatuhkan pilihan saat memilih calon pemimpin. Sajatinya di saat bersamaan ada pertanggung jawaban yang lebih berat lagi sejatinya kita pikul, memaksa kita harus bertanggung jawab. Sifatnya, dunia dan akhirat. Suatu wujud tanda pertanggung jawaban dari Penguasa Semesta Alam yang hari pembalasannya pasti datang.
Adab dalam memilih pemimpin merunut kepercayaan kita, juga tak boleh sembarangan pilih orang menjadi pemimpin. Makanya kita harus kudu waspada dalam memberikan hak suara kepada calon yang ada.
Sebab, andaikata calon yang kita pilih menang, sedangkan calon tersebut zalim akibat kekuasaannya. Maka jangan salah seandainya dosa yang diperbuat si penguasa lalim itu turut menyumbangkan dosa untuk kita yang memilihnya. Wallahu A’lam Bishawab..
Sementara lainnya. Kita harus mengakui pula. Barangkali terspesialnya bagi Kota Pariaman. Untuk mewujudkan dan menumbuh kembangkan suatu paradigma, dalam menata, mengolah sumber potensi wisata kota yang terbilang eksotis itu, dengan tidak melunturkan nilai eksistensi dan norma-norma adat budaya yang telah lahir jauh sejak zaman moyang kita dulu.
Maka yang benar-benar kita tanamkan ialah sikap berhati-hati mengunyah ngunyah dulu visi misi dari calon itu. Lebih-lebih terhadap visi misi oleh calon yang notabene menawarkan program saduran yang berasal dari program-program tingkat nasional.
Visi misi saduran yang dimaksud ialah visi misi hasil dari comot sana dan comot sini. Kata bekennya adalah copy paste, atau anak-anak zaman now bilang visi misi plagiat. Setidaknya kita dapat mengetahui keadaan tersebut kendati tak utuh.
Dengan kata lain, jika ditemukan hal yang demikian. Itu artinya, kita sudah berhasil mengetahui kapasitas kandidat dan dapat dikategorikan sebagai kandidat tak kompeten. Apa jadinya? Alih-alih berharap kota ini bisa maju, sebaliknya malah dapat malu akibat dicap sebagai daerah yang dikenal menjual program plagiat.
Sebab apa? Program yang dibuat oleh calon pemimpin yang tak kompeten itu bukanlah buah pikir dari mereka sendiri. Sementara tadi, kita telah membahas criteria pemimpin idaman. Bagaimana olah otak dia sebagai calon kepala daerah mengaplikasikan kemampuan atau skill leadershipnya memajukan daerah.
Bukankah sebuah hal yang lacur, tatkala ditemukan calon pemimpin menjojokan program yang disusun dalam visi misi, adalah murni hasil saduran/plagiat/copas dari program-program yang sudah tersajikan.
Nah, program-program copas yang dijojokan si calon itu pada biasanya menyadur program nasional punya. Seperti contoh: Program PKH (Kemensos) dan Program satu keluarga satu sarjana (Baznas), serta beberapa program lainnya yang dinilai berpotensi layak jual..
Barangkali kiat-kiat serta penjabaran yang dibahas ini bisa mewakili harapan kita semua, khususnya masyarakat pemilih Kota Pariaman yang usia daerahnya baru seumur jagung.
Patut kita mengingat. Salah satu poin mengenal karakteristik calon pemimpin Kota Pariaman seyogianya memenuhi spesifikasi kepemimpinan yang bersifat umara. Dibarengi dengan khas jiwa leadership nan teruji. Karena Pariaman butuh pemimpin berkualitas. Bukan calon pemimpin yang memproduksi saduran pintar copas.
Untuk itu mari kita tempatkan ajang pesta rakyat skala 5 tahunan ini benar-benar terselenggara dengan realistis. Sehingga, ketika kita bicara tentang alam demokratis yang kita bina sekarang, ajang pesta demokrasi 5 tahunan mampu jadi solusi untuk berbenah lagi.
Discussion about this post