Padang Pariaman — Berawal dari kesukaan mengoleksi barang-barang bersejarah yang dimulai pada tahun 1995, dan koleksi pertama yang ditemukan yaitu peluru bertulisan 9 milimeter yang digunakan oleh nenek moyang pada saat berperang di Palembayaan, dimana ketika itu kakek tersebut bertugas menjadi tentara pelajar.
Tidak hanya itu, kesukaan terhadap film perang zaman dahulu juga mendorong keinginan Rio Tampati Putra untuk mendirikan Museum Perang Sintuk. Ditambah ketika duduk di bangku SMA Rio menemukan uang Netherland Indie dengan nominal 2,5 sen sebanyak tiga buah yang bertuliskan tahun 1868, 1914, dan 1958. Ketika sedang merantau ia juga bertemu dengan pedagang yang menjual uang Belanda, logam perak dan uang logam Inggris sehingga semakin menguatkan tekatnya utuk mendirikan museum ini pada tahun 2018.
“Kesukaan saya mengumpulkan terhadap peninggalan sejarah mendorong keingian untuk mendirikan museum ini dan sebenarnya niat itu sudah lama direncanakan dan baru terealisasikan pada tahun 2018 saat saya pulang dari perantauan. Sebelumnya selama di perantauan saya juga telah banyak mengumpulkan koleksi sejarah dan ketika pulang barang-barang tersebut dibawa melalui jasa pengiriman. Awalnya untuk mengisi museum ini saya mulai dengan membelikan 3 etalase dan diisi dengan barang peninggalan sejarah tersebut, dan berlanjut dengan mengumpulkan barang-barang dari rumah ke rumah yang mempunyai barang-barang antik hingga ke daerah kaki Gunung Singgalang,” ungkapnya.
Ia juga menyebutkan dinamakan Museum Perang Sintuk karena ini merupakan markas tempat perperangan yang terjadi di Toboh Baru dan Tapakis juga pada saat penyerangan pasukan belanda di Lubuk Alung dan ia juga menceritakan tentang kilas balik terjadinya perang sintuk dimana begitu besarnya perjuangan para pahlawan untuk membebaskan rakyat dari penjajah Belanda.
“Motivasi untuk mendirikan museum ini yakninya untuk pelajaran bagi generasi muda, bahwasanya perjuangan nenek moyang untuk merdeka merupakan perjuangan yang besar dan mengorbankan harta nyawa juga waktu sehingga para generasi muda dapat mengingat kembali perjuangan para nenek moyang melawan belanda, dan nama-nama pusaka sejarah yang ditinggalkan. Museum ini juga dapat digunakan sebagai tempat belajar bagi siswa SD, SMP dan SMA juga bagi para mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi juga bisa mendapatkan sumber terkait sejarah tersebut. Museum ini didirikan juga untuk sebagai wadah untuk anak muda melakukan aktivitas positif dan menghindari generasi muda tersebut dari salah pergaulan,” terangnya lebih lanjut.
Saat ini museum yang beralamat di jalan Simpang Tigo, Nagari Sintuk-Pakandangan ini telah memiliki kepengurusan yang terdiri dari beberapa divisi yang terdiri dari kepala, sekretaris, bendahara, kurator, konservasi, tata usaha, penata pameran, registrasi, edukasi, humas dan kemanan dan telah terdaftar pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Padang Pariaman dan ini juga tergabung dalam IMASINTOGA dan IMAPAS.
Saat ini pemerintah juga telah membantu melancarkan perizinan museum untuk terdaftar sebagai cagar budaya di Kabupaten Padang Pariaman.
“Tantangan yang dirasakan untuk mendirikan Museum Perang Sintuk ini yaitu banyaknya cemoohan yang diterima karena sebagian dari mereka merasa bahwa tidak ada manfaat dan faedah mengumpulkan barang-barang bersejarah ini malah mereka menganggap ini hanya pekerjaan yang sia-sia, namun itu tidak menyurutkan semangat saya untuk mendirikan museum ini karena menurut saya sejarah tersebut perlu dilestarikan karena mengingat besarnya pejuangan pahlawan untuk membela tanah air dari penjajah. Untuk mempublikasikan museum ini kami juga menggarap film sejarah melalui channel youtube Museum Perang Sintuk dan melalui media sosial para pengurus,” tambah putra asli Sintuk ini.
Adapun yang menjadi koleksi di Museum Perang Sintuk yakninya senjata minangkabau seperti tombak, panah beracun, trisula, kerambik, dan benda sejarah lain seperti teko, cerek abad ke-19, lampu padati, kotak penyimpanan sungai pua dari bahan kuningan, ukiran minang,selapah runci, buku sejarah dan beberapa peninggalan sejarah lainnya.
Rio dan kawan berharap kedepannya agar Museum Perang Sintuk ini terus dilestarikan dan kepengurusannya semakin solid dan bantuan dari pemerintah karena masih banyak fasilitas yang kurang di museum ini seperti etalase untuk meletakan benda sejarah, renovasi bangunan, taman baca dan penambahan ruang kerja sehingga banyak kegiataan yang dapat dilakukan di Museum Perang Sintuk ini.
Berdasarkan visi dari museum perang sintuk ini yakninya bertaraf nasional sebagai sarana sejarah, penelitian, rekreasi, wisata kebudayaan serta pemeliharaan dan pelestarian nilai budaya masyarakat lokal dan misinya mencari, mengkaji dan mengumpulkan, merawat dan mengamankan benda-benda sejatah di Sintuk Toboh Gadang, mewujudkan pengelolaan koleksi museum sesuai standar nasional, mewujdukan museum sebagai sarana dan dukasi wisata sejarah, menanamkan rasa cinta tanah air dengan menyakikan sejarah para pejuang yang berjasa mengusir penjajah, mengkomunikasikan koleksi museum sebagai bukti peninggalan sejarah perang sintuk dan budaya minangkabau, dan menjadikan Nagari Sintuk sebagai objek pemajuan kebudayaan semogadengan visi dan misi tersebut dapat menjadikan museum ini sebagai salah satu wisata edukasi sejarah dan cagar budaya di Kabupaten Padang Pariaman. (*)
Discussion about this post