PARIAMAN, REPINVESCOM
Semenjak awal bergulirnya anggaran Alokasi Dana Desa (ADD) dan Dana Desa (DD) di era pemerintahan Presiden Jokowi sekarang, terhitung sejak tahun anggaran 2014, semenjak itu pula aksi dugaan penyelewangan keuangan negara marak terjadi di desa-desa. Buktinya, sejak beberapa tahun belakang, tidak sedikit oknum-oknum kepala desa bersama dengan TPK, yang berada di berbagai belahan nusantara terjerat kasus korupsi Dana Desa.
Gejala serupa diduga kuat mengarah ke satu desa berdasarkan hasil telusuran media, tepatnya Jumat (12/1/18). Sebab, tim media dikejutkan dengan temuan proyek ‘spektakuler’ yang bersumber dari Dana Desa. Adalah kegiatan proyek swakelola milik Pemerintah Desa Apar, Pariaman Utara, yang diberi judul Pembuatan Saluran Drainase. Tak habis pikirnya, proyek ini rupa-rupanya diketahui mempunyai harga satuan tak masuk logika.
Pasalnya, estimasi harga riil sementara didapat media ini berdasarkan hasil audit internal media yang terpercaya, pembuatan proyek drainase yang mempunyai panjang volume 330 meter yang berlokasi di dekat perbatasan Desa Tanjung Sabar itu, hanya berkisar Rp 147.609.000.
“Proyek pembuatan drainase Desa Apar itu harganya sangat mustahil. Bahkan harga perkubiknya melebihi standar PU, bayangkan sajalah. Kira-kira begini, kita mengambil harga dengan standar paling tinggi, total biaya yang kita dapatkan, dengan kubikasi volume sekitar 2.31 mᶾ (meter kubik) dikali harga permeter kubiknya kita ambil standar paling tinggi Rp 639.000, maka nilai proyek yang dibuat Kepala Desa Apar Hendrik dengan TPK-nya itu tidak lebih dari Rp 147.609.000. Itu pun juga kalau kerjanya memenuhi spek,” papar narasumber media usai mengkalkulasikan harga volume proyek drainase Desa Apar.
Ironisnya, pantauan media di lapangan, mengamati nilai kegiatan yang ada di papan proyek adalah Rp 299.999.937 dengan total volume 330 meter keseluruhan. Jelas, proyek swakelola yang dibuat Kades Hendrik bersama TPK-nya di tahun anggaran 2017 itu, kuat terindikasi digelembungkan 2 kali lipat.
Bahkan lebih parahnya, melihat mutu pada konstruksi proyek tersebut, yang belum lama ini selesai pengerjaannya itu, pada bagian atas pasangan sudah banyak yang pecah dan retak menandakan kualitas adonan semen tak sesuai spek. Tak sampai di situ saja. Hebatnya lagi, Pengerjaan koporan untuk lantai saluran diduga asal-asalan. Tinggi pasangan yang sempat media ukur dari lantai pun tercatat 70 – 73 cm, selain itu ketebalan pasangan bagian atas terhitung cuma 29 cm.
Kepala Desa Apar, Hendrik yang dihubungi media pada Sabtu, (20/1/18) tidak sanggup membantahnya. “Kalau saya tidak salah kopor itu tebalnya 40 cm, Pak. Tebal pasangan atas 30 cm, untuk ukuran tinggi pasangan dan tebal pasangan bawah saya lupa, Pak. Hari Senin bisa kita lihat di kantor saya, Pak,” jawab Hendrik tergugup ditanya media via seluler.
Mengenai hal ini, beberapa saat setelah itu, Kanit Tipikor Polresta Pariaman, Syafrizal yang dihubungi media mengaku terkejut dengan temuan media yang memaparkan, “Di mana itu lokasinya, Pak? Wah.. Luar biasa itu, padahal desa ini juga sudah dilaporkan BPD ke kepolisian juga dengan objek pekerjaan tahun anggaran 2016, sekarang drainase itu juga sudah hancur, itu menurut laporan dibuktikan dengan RAB dan gambar pekerjaan yang dilampirkannya,” jabar Kanit yang disapa Buya ini pada media setelah mengetahui.
Nah, bagaimanakah nasib pertanggungjawaban satu-dari-sejumlah proyek swakelola yang sudah digodok Kepala Desa Apar, Hendrik bersama TPK-nya ini? Ikuti perkembangan selanjutnya di edisi berikutnya. (Bersambung..)
Discussion about this post