Jakarta – Selepas beraudiensi dengan LKPP, Wali Kota Solok H. Zul Elfian Umar melanjutkan pertemuan dengan Staf Ahli Menteri Riset dan Teknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek BRIN) Bidang Kelembagaan dan Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dr. Ir. Erry Ricardo Nurzal, MT, MPA yang juga menjabat sebagai Plt. Deputi Penguatan Inovasi dikantornya di Jalan M.H. Thamrin Jakarta Pusat. Selasa (16/3)
Wali kota Solok yang hadir didampingi Asisten Sekretaris Daerah Bidang Ekonomi dan Pembangunan Jefrizal, S.Pt, MT, Kepala Balitbang Marwis, SE, MM disambut baik oleh Sahli Mentri, yang dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi atas kehadiran wali kota langsung ke tempatnya.
“Selamat datang dan terima kasih atas kedatangan pak wako beserta tim, kami sangat apresiasi karena kami melihat ini sebagai bentuk keseriusan kota solok dalam upaya peningkatan inovasi untuk sektor unggulan” ungkap” Erry Ricardo.
Dalam kesempatan itu, Wako menyampaikan sengaja datang ke kemenristek untuk menjajaki ke keberlanjutan program Kemenristek BRIN terkait inovasi pada sektor produk unggulan di tahun 2018 dan 2019 dimana program dimaksud ada di Dirjen Kelembagaan IPTEK dan Dikti sebelum kementerian tersebut mengalami perubahan struktur (Kemenristekdikti menjadi Kemenristek BRIN: Badan Riset dan Inovasi Nasional).
“Pemerintah Kota Solok telah menyusun dokumen SIDa (Sistem Inovasi Daerah) pada tahun 2017 dan dari dokumen tersebut memperoleh dana pendampingan selama 2 tahun berturut-turut dalam menggerakkan produk unggulan Kota Solok,” ungkap Wako.
Adapun produk unggulan yang menjadi fokus adalah minyak atsiri yang telah dikembangkan sejak tahun 2009 dan berpotensi dapat diusulkan juga untuk program Indikasi Geografis Kota Solok. Akibat pandemi Covid-19 pada tahun 2020 dan juga kebijakan refocussing anggaran, keberlanjutan kegiatan terhenti.
“Seharusnya sudah masuk ke dalam tahapan program klaster inovasi produk unggulan daerah seperti yang sudah diterapkan di beberapa daerah seperti: atsiri nilam di aceh, kopi dan gula aren di Sulawesi selatan, lada putih di Bangka Belitung, atsiri pala di Maluku utara, madu trigona di nusa tenggara barat, dan kakao di Sulawesi tenggara” terang Zul Elfian.
Zul Elfian juga menyampaikan selain minyak atsiri dari bahan dasar tanaman serai wangi, Kota Solok juga mengembangkan komoditas unggulan lainnya yang membutuhkan sentuhan inovasi dan IPTEK seperti bunga krisan, kopi payo, dan beras solok.
“Karena berada di posisi lintasan strategis, Kota Solok memiliki potensi sebagai pusat investasi dan bisnis terutama dalam menampung bahan baku dari daerah sekitar untuk diolah, di-packaging, hingga pemasaran. Kota solok dapat menjadi pusat transaksi dari aktivitas dunia usaha yang menjembatani pertemuan antar pelaku usaha. Hal ini secara tidak langsung dapat berkontribusi untuk mewujudkan visi jangka panjang kota solok sebagai pusat perdagangan dan jasa” tambahnya.
Merespon apa yang disampaikan Wali Kota, Dr. Erry menyampaikan bahwa dikarenakan pandemi Covid-19 hampir semua Kementerian melakukan refocussing anggaran di tahun 2020 termasuk kementeriannya, kegiatan-kegiatan di KemenristekBRIN diarahkan untuk penanggulangan Covid-19.
“Program SIDa terhenti karena refocussing anggaran namun hal itu merupakan pondasi awal untuk mengembangkan inovasi di sektor produk unggulan daerah. Saat ini telah dihasilkan inovasi GeNose C19 karya tim peneliti Universitas Gadjah Mada. Walaupun dikti saat ini sudah tidak menjadi bagian KemenristekBRIn, telah pindah ke Kemendikbud, KemenristekBRIN dapat memfasilitasi terjadinya demobilisasi riset, invensi, dan inovasi dari perguruan tinggi seperti inovasi produk unggulan yang dimiliki Kota Solok” jelas Erry. (Nisa)
Discussion about this post