Payakumbuh — Adanya sejumlah kritikan sejumlah pihak, dimana pada trotoar pedestrian yang sedang dibangun di pusat Kota Payakumbuh, tertera tulisan Kota Batiah, mendapatkan tanggapan langsung dari Wali Kota Payakumbuh, Riza Falepi. Melalui broadcast yang dikirim Riza, dia mengaku tak mau begitu saja mencampakkan istilah Kota Batiah walau Kota Payakumbuh juga telah punya branding baru sebagai Kota Randang.
“Cerita ini bermula dari adanya trotoar yang diperbaiki dengan ada tulisan kota batiah. Kemudian ada hujatan bahwa sekarang sudah kota randang, terus kenapa masih ada istilah kota batiah? Untuk menjawabnya tentu kita bisa tafsirkan dari berbagai sudut,” ujar Riza kepada anggota balai wartawan, Selasa (24/11).
Wali Kota dua periode itu menyadari secara manajemen, branding tentu bagusnya yang digadang-gadangkan cukup satu brand saja agar fokus. “Namun kalau dilihat dari sudut sejarah, mencampakkan istilah kota batiah rasanya seperti kacang lupa dengan kulitnya. Apalagi Payakumbuh terkenal dengan makanan dan kulinernya, sayang lah dibuang,” tuturnya.
Sementara dari sisi pariwisata, kata Riza, branding kota lebih dari satu adalah suatu hal yang biasa dan sah-sah saja. “Seperti Bukittinggi juga begitu, disebut kota tri arga, juga kota sanjai, dan kadang kota jam gadang. Apa salahnya? Demikian juga kita di Payakumbuh,” ucapnya.
Riza menyampaikan, seharusnya kita semua bisa bersyukur di tengah pandemi Covid-19 yang berdampak kepada anggaran sehingga dananya tidak terlalu tinggi, Payakumbuh masih bisa membangun dengan baik, termasuk trotoar Jalan Sudirman yang juga berlanjut hingga tahun depan.
“Tujuannya agar warga kota bisa menikmati bangunan dan sarana yang berkualitas,” kata Riza.
Oleh karena itu, Riza mengingatkan agar bahasa-bahasa yang tidak baik tak perlu dimunculkan apalagi mengatakan pejabat daerah tak berkompeten.
“Jadi aneh ketika ada yang bicara seolah-olah Dinas PU ataupun ASN tidak punya kompetensi. Sementara selama ini kinerja mereka selalu diaudit oleh BPK bahkan termasuk terbaik di Sumbar. Kami menduga jangan-jangan yang menulis tidak punya kompetensi atau menulis hanya sekedar menunjukkan ketidaksukaan terhadap kinerja Pemko Payakumbuh yang relatif baik,” tuturnya.
Menurut mantan Anggota DPD RI itu, tudingan pejabat ataupun ASN tak berkompeten juga tak berdasar.
“Pegawai Pemko tak punya kompetensi adalah pernyataan jauh panggang dari api. Bayangkan seorang yang bisa menduduki jabatan tertentu di Pemko harus sekolah dulu di IPDN yang sekolahnya di bawah Kemendagri, terus juga mengikuti berbagai pelatihan sebagai persyaratan menduduki jabatan tertentu. Demikian juga yang bukan jalur IPDN mereka masuk dites dulu, dan syaratnya S1,” jelas Riza.
Terakhir, Riza mengatakan bahasa itu menunjukkan isi hati. Bahasa menunjukkan budi sekaligus budaya. Kata-kata ini kita pegang selama ini di ranah minang. Kalaulah demikian halnya tentu kita mengucapkan sesuatu dengan cara-cara yg berbudaya.
“Pada akhirnya kita menyadari juga semua bahwa kita semua punya kekurangan, namun dengan prinsip perbaikan terus menerus insya Allah kita akan bisa membangun kota yg kita cintai ini. Membangun jelas sangat tidak mudah tapi menghancurkannya bisa sekejap, termasuk image kota yang sudah baik. Untuk itu mari kita pelihara semua hasil yang telah kita bangun agar bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk rakyat. Kalau ada yang salah mari kita perbaiki bersama-sama, harapan kita semoga Payakumbuh semakin tacelak,” tuturnya. (Bbz)
Discussion about this post