Limapuluhkota – Masyarakat Kanagarian Durian Tinggi Kec. Kapur IX kabupaten 50 Kota saat ini sangat merasakan dampak perekonomian pasca pandemi covid-19. Hal ini berdampak pada harga gambir yang menurun drastis, pasalnya sebagian besar masyarakat di Kanagarian Durian Tinggi merupakan pekebun gambir.
Mendengar hal tersebut, tim Reportase Investigasi langsung turun ke lokasi untuk meninjau kondisi masyarakat di Kanagarian Durian Tinggi (23/8). Guna untuk mendengarkan serta menyampaikan keluh kesah masyarakat Kanagarian Durian Tinggi kepada publik bagaimana kondisi dari sudut Negeri Kab.50 Kota tersebut.
Dikatakan Afrianda (32 th), salah seorang pekebun gambir, masyarakat sudah tidak bisa lagi mengelola Gambir, karena memang untuk biaya produksi serta kebutuhan selama di rumah Rumah Produksi Gambir (kempan) jauh lebih besar dari pada hasil penjualan yang diterima.
“Bagaimana kami bisa produksi gambir, pengeluaran selama produksi berbanding terbalik dengan hasil penjualan gambir, untuk sekarang buat beli beras saja kami hanya bisa beli perliter saja, terkadang harus berhutang dulu, karena memang kondisi di kampung saat ini sangat pelik, mau kerja lain pun hampir sama, dan harga karet saat ini juga sangat murah,” ucap Afrianda yang akrab di sapa Buyuang.
Dalam kondisi saat ini, Afrianda berharap adanya semacam ide atau semacam jalan keluar dari Pemerintah Kabupaten atau dari wakil rakyat di DPRD kab.50 Kota. baik itu berupa bantuan untuk perkebunan lain, seperti bibit sayuran, bawang, jahe ataupun pupuk, atau bisa juga dengan penyuluhan pertanian atau pembukaan lapangan kerja bagi anak nagari yang memang saat ini sangat membutuhkan lapangan pekerjaan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari.
Tim Reportase Investigasi juga sempat mewawancarai salah satu ibu rumah tangga yang ada di Kanagarian Durian Tinggi, Minan (60 th) mengeluhkan perekonomian yang terjadi saat ini.
“Kami hanya menggiling cabe saja ditambah garam sebagai lauk untuk makan sehari-hari, beginilah kondisi yang kami rasakan saat ini, untuk makan saja susah, Nak,” ucap bu Minan tertunduk sambil melanjutkan menggiling cabe.
Terpisah, H. Aliunir selaku tokoh agama di jorong Ronah mengatakan, hidup sekarang di kampung sendiri sangatlah susah, “Bagaimana? sepi kan tanah kelahiranmu? Kita di kampung tidak bisa bergerak kemana-mana, mau ke warung saja kan butuh uang untuk minum, rokok dan jajan, beginilah sekarang sangat berbeda dengan tahun 1991 yang mana pada saat itu merupakan tahun kejayaan kapur IX, kurang lebih kita hidup seperti ini sudah 29 tahun,” ujar H.Aliunir.
Melihat Kondisi saat ini, Tim Reportase Investigasi merasa pilu melihat keadaan masyarakat di Kanagarian Durian tinggi, Tim berharap Pemerintah Kabupaten, Wakil rakyat, ataupun pihak swasta memberikan sedikit perhatian lebih terhadap masyarakat kita di Kanagarian tersebut.
Kalau memang ada anggaran yang bisa dialokasikan untuk masyarakat dalam menciptakan lapangan kerja, dan membantu moril ataupun materil, hal inilah yang akan jadi pertimbangan bagi kita bersama, karena ini merupakan tanggung jawab kita, bagaimana kita bisa membantu saudara kita yang sedang kesusahan.(bbz)
Discussion about this post