Padang – Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Sumatera Barat Fathol Bari mengungkapkan bahwa perbaikan jalan Langgai, Nagari Gantiang Mudiak Utara, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) tertunda dan akan mulai dikerjakan tahun 2021.
Sebab, anggaran yang seharusnya digunakan untuk perbaikan jalan tersebut, saat ini dialokasikan untuk percepatan penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang kini melanda Sumatera Barat.
“Kami mengerti dan merasakan ketidaknyamanan yang dirasakan karena kondisi jalan yang rusak ini. Namun, kita sama-sama mengetahui bahwa saat ini Sumatera Barat dilanda Covid-19 dan dibutuhkan anggaran dana untuk proses penanganannya,” kata Fathol Bari melalui pesan singkat diterima, Senin (15/6/2020).
“Jalan ini setiap tahun dianggarkan untuk peningkatan, untuk tahun ini juga dianggarkan, tapi karena adanya Covid-19 maka perbaikan jalan harus tertunda. Direncanakan tahun 2021 akan diselesaikan sisa pekerjaan yang sudah dianggarkan di tahun 2020,” imbuhnya Fathol Bari.
Sebelumnya diberitakan Warga Langgai, Nagari Gantiang Mudiak Utara, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat (Sumbar), mendambakan infrastruktur jalan ke wilayah mereka menjadi bagus. Pasalnya puluhan tahun jalan belum pernah di sentuh pemerintah. padahal di wilayah tersebut menetap lebih kurang 1502 jiwa penduduk.
Pantauan reportaseinvestigasi.com di lapangan, ruas jalan yang dilintasi warga setempat memang tidak terlihat tanda-tanda pernah dilapisi aspal sebab tampak hanya batu padas yang sudah dipecah-pecah, apalagi musim penghujan tiba, genangan-genangan air menutup area jalan. jalan tersebut diperkirakan sepanjang 15 Kilometer dengan lebar 4 meter.
Apriyal (30), salah seorang warga kampung langgai, Nagari Gantiang Mudiak Utara, mengaku, jalan di nagarinya tidak pernah tersentuh aspal atau paving dari pemerintah.
“Seumur-umur saya, belum pernah melihat jalan di sini itu bagus, bahkan hingga saat ini kami hanya bisa bermimpi saja jalan di sini bagus dan tidak mungkin menjadi kenyataan,” ujarnya pada reportaseinvestigasi.com, rabu, (10/6).
Yang lebih ironisnya, kata Iyal, anak-anak sekolah yang berangkat dari rumahnya dengan mengenakan seragam sekolah justru harus kotor karena diperjalanan yang memang infrastruktur jalan di sini hampir sama dengan sawah seperti kubangan kerbau atau becek di kala musim hujan tiba.
“Yang lebih kasihan itu anak sekolah, pagi-pagi sudah mandi dan sudah berseragam bagus namun harus kotor dalam perjalanan, apalagi jalan menuju ke sekolah sangat jauh sekitar 2 kilometer, dan kami merasa tak memiliki pemimpin pak, karena kami selalu di anak tirikan dalam pembangunan,” katanya.
Dari Langgai banyak komoditi yang dihasilkan, terutama gambir, kulit manis, serta minyak nilam dan yang lainnya. “Jika akses jalannya lancar, tentu akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat. Namun kami sampai sekarang belum,” tutup Iyal. (Robi)
Discussion about this post