Oleh : Syafri Piliang
Wartawan Muda
Dharmasraya – Jarum jam di dinding kantor Bupati menujukan pukul 16 : 30 WIB sore, udara di halaman Kantor terasa agak berbeda. Matahari terlihat sudah kembali keperaduannya, menyonsong senja. Sementara rombongan berbaju rompi oranye mulai berdatangan satu per satu. Dari raut wajah mereka tergambar kesigapan, tapi juga kecemasan yang tertahan. Mereka tahu, perjalanan yang akan ditempuh bukan sekadar misi kemanusiaan, melainkan panggilan nurani.
Sebanyak 55 relawan Peduli Bencana Kabupaten Dharmasraya resmi dilepas untuk membantu pemulihan pascabanjir bandang yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera Barat. Gelombang duka dan kehilangan di daerah terdampak memanggil mereka untuk turut hadir, membagi tenaga, empati, dan keahlian terbaik yang dimiliki.
Di tengah barisan relawan, berdiri tenaga kesehatan, Tagana, BPBD, Satpol PP, Damkar, Dishub, operator alat berat hingga tim dapur umum. Armada yang dibawa pun lengkap yakni dua unit alat berat, satu mobil ambulans, satu mobil pemadam kebakaran, ratusan alat mekanis ringan, serta perlengkapan dapur umum dan memasak. Semua bersiap menuju daerah yang beberapa hari terakhir masih diselimuti lumpur dan sisa reruntuhan.
Prosesi pelepasan berlangsung sederhana namun sarat makna. Sekretaris Daerah Dharmasraya, Drs. Jasman Dt. Bandaro Bendang, MM, berdiri di depan barisan relawan. Suaranya tenang, namun penuh penekanan ketika menyampaikan pesan Bupati Annisa Suci Ramadhani.
“Bekerjalah dengan hati.Tetap jaga kekompakan, disiplin, jaga kesehatan, dan junjung nama baik Dharmasraya. Kita bergerak dalam satu komando.”
Pesan itu disambut anggukan mantap oleh para relawan. Di samping Sekda, tampak pula sejumlah kepala OPD dan Ketua Baznas Dharmasraya, Z Lubis, ikut mengantar keberangkatan. Raut wajah para pejabat mencerminkan bangga sekaligus khawatir. Mereka tahu, medan yang akan ditempuh tidak mudah.
Salah seorang relawan Tagana, Rahman (34), mengaku sudah terbiasa bertugas di lokasi bencana, namun tetap tidak bisa mengabaikan perasaan keluarga yang ditinggalkan.
“Anak saya tadi memeluk erat sebelum berangkat. Berat, tapi inilah tugas kami. Semoga bisa membantu saudara-saudara kita di sana,” ujarnya lirih.
Dua Tim, Dua Harapan di Dua Lokasi dengan gujuan agar penanganan lebih efektif, relawan dibagi menjadi dua tim.
Tim 1 menuju Malalo, Kabupaten Tanah Datar, dipimpin Kadis Sosial P3APPKB Martin Efendi.Tim 2 ke Lubuk Minturun, Kota Padang, di bawah komando Plt. Asisten Administrasi Pemerintahan dan Kesra Darisman.
Pembagian wilayah ini bukan tanpa alasan. Kerusakan di sektor infrastruktur, permukiman, serta kebutuhan medis dan logistik di masing-masing titik memiliki karakter yang berbeda. Ada daerah yang memerlukan pemulihan fasilitas publik, sementara di sisi lain warga membutuhkan layanan dasar seperti air bersih, dapur umum, serta obat-obatan.
Martin Efendi menegaskan logistik dan bantuan lain masih dihitung dan akan diumumkan setelah pendistribusian.
“Kami tidak hanya membawa barang, tapi juga harapan. Upaya kecil ini semoga mempercepat pemulihan di wilayah terdampak,” kata Martin sebelum menaiki kendaraan.
Esoknya, Wakil Bupati Leli Arni dijadwalkan menyusul ke Malalo untuk menyerahkan bantuan dari kolaborasi Pemkab Dharmasraya, masyarakat, Baznas, instansi vertikal, hingga BUMN/D/S. Bantuan berupa sembako, obat-obatan, serta donasi uang diharapkan menjadi nafas baru bagi warga yang tengah bangkit dari keterpurukan.
Deru mesin kendaraan perlahan memecah kesunyian pagi. Satu per satu relawan menaiki mobil, sebagian menepuk bahu sesama relawan sebuah isyarat tanpa suara bahwa mereka siap menghadapi apa pun di depan.
Konvoi perlahan bergerak keluar halaman kantor bupati. Sejumlah warga berdiri di sisi jalan, melambaikan tangan sebagai pelepasan doa. Ada ibu-ibu yang membawa air mata haru, ada anak kecil yang berteriak penuh bangga, “Selamat bertugas, Pak..! Semoga selamat sampai tujuan.”
Di titik itu, kita belajar satu hal: ketika bencana datang, yang bergerak tak hanya mesin dan logistik, tapi juga rasa kemanusiaan.
Relawan mungkin hanya 55 orang, tapi semangat yang dibawa jauh lebih besar. Mereka bukan hanya sekadar pasukan berseragam, melainkan jembatan harapan antara duka dan pemulihan.
Dan di Sumatera Barat sana, mungkin ada rumah yang belum berdiri, tangan yang menunggu bantuan, serta senyum yang siap kembali tumbuh, berkat langkah – langkah kecil yang hari ini dilepaskan dari Dharmasraya.***



Discussion about this post