SAWAHLUNTO – SIMFes kembali digelar serta Festival Batik 2025 di Taman Silo tanggal 7 – 8 November 2025 merupakan panggung budaya yang tak hanya berdentang oleh musik, tetapi juga berdenyut oleh motif dan warna batik.
Tahun ini, Sawahlunto International Music Festival (SIMFes) berkolaborasi dengan Festival Batik Sumatera Barat, menghadirkan pengalaman multisensori yang merayakan warisan dan kreativitas lokal dalam satu ruang yang hidup.
Enam musisi dan grup musik tampil memukau. Dari Evellyn Chen dengan petikan guzheng yang membawa nuansa klasik Tiongkok, hingga Jaguank yang mengeksplorasi talempong dalam aransemen etnik kontemporer. Geisha, grup pop yang pernah merajai tangga lagu Indonesia, membawakan lagu-lagu nostalgia yang membuat penonton larut dalam kenangan.
Setiap penampilan bukan hanya hiburan, tetapi juga narasi tentang bagaimana musik bisa menjadi jembatan lintas generasi. “Kami ingin menghadirkan pengalaman lintas waktu. Di mana masa lalu dan masa kini berpadu dalam satu ruang ekspresi budaya,” ujar Muhammad Harmein, Program Direktur SIMFes.
Pelaksanaan Festival Batik Sumatera Barat menghadirkan pameran kain batik dari berbagai daerah, termasuk motif khas Sawahlunto yang terinspirasi dari sejarah tambang dan lanskap kota. Pengunjung bisa mengikuti workshop membatik, menyaksikan proses pewarnaan alami, dan berdialog langsung dengan para pengrajin.
Motif-motif batik yang ditampilkan bukan hanya indah, tetapi juga sarat makna. Ada motif batu bara, rel kereta, dan siluet pekerja tambang—semua menjadi simbol identitas kota yang kini bertransformasi menjadi kota budaya dunia.
Kolaborasi antara musik dan batik bukan sekadar estetika, tetapi juga strategi pelestarian budaya. Di beberapa penampilan, musisi mengenakan busana batik kontemporer, menciptakan harmoni visual dan musikal yang memikat. Bahkan, panggung utama dihiasi dengan instalasi batik raksasa yang menjadi latar pertunjukan. (Djasrizal)



Discussion about this post