Oleh Syafri Piliang
Wartawan Muda
Dharmasraya – Udara pagi itu di Koto Padang masih agak sedikit lembap oleh embun yang enggan pergi. Di halaman Pondok Pesantren Al Barokah, ribuan santri sudah berbaris rapi mengenakan sarung dan peci. Para santriwati, dengan kerudung putih bersih.
Mereka melantunkan salawat yang bergema ke seluruh penjuru lapangan. Di tengah barisan itu, bendera merah putih berkibar pelan, menyambut sosok perempuan muda yang melangkah mantap menuju mimbar upacara Bupati Dharmasraya, Annisa Suci Ramadhani.
Dengan balutan busana muslimah berwarna krem lembut dan selendang hijau toska, Annisa berdiri tegak sebagai inspektur upacara pada peringatan Hari Santri Nasional 2025, Rabu pagi 22/10/2025 ). Sorot matanya tegas, namun senyumnya hangat, ketika menyapa ribuan pasang mata yang menatapnya dengan penuh kekaguman.
“Santri adalah penjaga moral bangsa, pelanjut perjuangan ulama, dan garda terdepan menjaga keutuhan NKRI,” ujarnya lantang, menyampaikan amanat Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA. Ucapan itu langsung disambut tepuk tangan panjang dari barisan santri dan para kiai yang hadir di bawah tenda putih sederhana.
Di barisan tamu kehormatan, hadir Penjabat Sekda Dharmasraya, Drs. Jasman Dt Bandaro Bendang, Kepala Kemenag H. Masdan, Ketua MUI Dharmasraya Buya H. Aminullah Salam, serta KH. Khozin Adenan, Rois Syuriah PWNU Sumbar sekaligus pengasuh Ponpes Al Barokah. Suasana khidmat berpadu dengan rasa bangga, karena baru kali ini peringatan Hari Santri di Koto Padang dihadiri langsung oleh bupati.
“Ini momen penting. Kehadiran Ibu Bupati memberi semangat baru bagi para santri untuk terus belajar dan berjuang,” ujar KH. Khozin selepas upacara, sambil menepuk pundak beberapa santrinya yang tampak sumringah.
Selepas upacara, halaman pesantren berubah menjadi lautan warna. Annisa turun dari mimbar, menyalami para kiai, lalu menenteng piala untuk diserahkan kepada para pemenang lomba Hari Santri 2025. Kegiatan ini hasil kolaborasi antara Kemenag Dharmasraya dan Forum Komunikasi Pondok Pesantren. Para santri yang namanya dipanggil naik ke panggung tampak kikuk menerima penghargaan langsung dari sang bupati.
Namun suasana formal itu tak berlangsung lama. Begitu sesi foto dimulai, ratusan santriwati berbondong-bondong maju mendekati sang pemimpin muda itu. Annisa tak menolak satu pun ajakan. Dengan sabar dan senyum yang tak luntur, ia berfoto bersama mereka satu per satu. “Cantik, ya, Bu Bupati,” celetuk seorang santriwati yang langsung disambut tawa teman-temannya.
Di sela-sela keriuhan itu, aroma nasi gulai dan teh panas mulai tercium dari dapur pesantren. Para guru dan santri saling berbagi cerita, menertawakan momen lucu di upacara, sementara di pojok halaman, spanduk bertuliskan “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia” berkibar ditiup angin.
Tema besar peringatan Hari Santri tahun ini terasa dalam susana lebih hidup di tempat itu, bukan hanya dalam pidato, tapi dalam semangat gotong royong, tawa, canda dan kesederhanaan yang nyata.
“Santri bukan hanya belajar kitab kuning,” ujar Bupati Annisa saat ditemui usai acara. “Mereka juga belajar menjadi manusia tangguh, beradaptasi dengan zaman, dan siap menjadi bagian dari solusi bangsa.”
Matahari beranjak naik, menyinari halaman pesantren yang mulai lengang. Upacara telah usai, tapi gema semangat santri Dharmasraya masih terasa. Hari Santri 2025 bukan sekadar seremoni , namun ia menjadi panggung kecil tempat nilai – nilai kebangsaan, keikhlasan, dan harapan saling bertemu .
Dan di tengah semuanya, ada sosok Annisa yang dengan senyum dan ketulusannya, menjadikan peringatan itu bukan hanya kenangan, tapi sebuah inspirasi.***
Discussion about this post