Dharmasraya – Di sebuah hall sederhana milik PB Bagonjong, Nagari Sungai Dareh, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumbar suara kok beradu dengan senar raket. Sesekali dentum keras smash menggema, membelah malam yang sarat dengan sorak-sorai. Turnamen memperebutkan Piala Bergilir Wali Nagari Cup I Sungai Dareh. Pertandingan ini bukan hanya sekadar adu keterampilan memukul bulu angsa, melainkan pertemuan antara ambisi olahraga dan aroma gengsi sosial.
Sejak 11 September 2025, 80 atlet dari 40 tim, baik dari Dharmasraya maupun luar daerah, bertarung dalam sistem gugur. Satu demi satu nama gugur, menyisakan mereka yang bertahan di jalur juara.Jumat (19/9/2025) malam, laga puncak pun digelar Club PB Bagonjong Setre/Irwadi, ST yang juga menjabat sebagai wali nagari sungai dareh berhadapan dengan Donal/ Encol. Sementara Club PB Putra Encol Rudy.C/Agung. K melawan Anto/Iwan.T. Empat nama tim inilah yang nantinya menjadi saksi siapa yang bakal beehasil menggenggam piala bergilir wali nagari.
Sebelumnya acara ini dibuka langsung oleh Bupati Annisa Suci Ramadhani. Kehadiran sang bupati jelas bukan sekadar formalitas, melainkan simbol, bahwa olahraga, sekecil apapun skalanya, selalu bisa menjadi panggung politik dan legitimasi kepemimpinan.
Namun, di balik gemerlap laga, ada pertanyaan yang menggigit. Mengapa setiap turnamen selalu dikaitkan dengan nama pejabat, wali nagari, atau kepala daerah. Bukankah seharusnya olahraga menjadi ruang netral, merdeka dari simbol kuasa.Saat sebuah pertandingan diwarnai nama penguasa, maka bulu tangkis tak lagi sekadar tentang kok yang jatuh di garis, tetapi tentang kuasa siapa yang ingin diingat publik.
Meski demikian, energi penonton tak pernah bisa dibohongi. Wajah-wajah muda yang bersorak dari tribun adalah wajah-wajah yang haus hiburan dan pengakuan. Mereka menyaksikan perjuangan, keringat, dan strategi. Mereka tak peduli siapa yang mendapatkan piala sebagai tanda penghargaan dari Wali Nagari. Yang mereka lihat hanyalah smash Irwadi, drive cepat Iwan.T, dan bagaimana satu angka bisa memutar arah permainan.
Turnamen ini, bukan hanya sekadar ajang kompetisi olahraga, melainkan cermin, di satu sisi gairah sportivitas warga, di sisi lain ruang simbolik bagi elit untuk tetap berada di pusat sorotan. Di lapangan, siapa yang menang jelas.Tapi di luar lapangan, siapa yang benar – benar juara, itulah pertanyaan yang selalu tertinggal, lebih tajam dari smash manapun ,bila berada dimedan laga.SP.
Discussion about this post