Oleh Syafri Piliang
Wartawan Muda
Dharmasraya – Reshuffle kabinet Annisa Leli kian menyerupai bait lagu yang dipopulerkan grup musik Batas Senja: “Jika tidak hari ini mungkin minggu depan, jika tidak minggu ini mungkin bulan depan, jika tidak bulan ini mungkin tahun depan, segala harapan kan datang yang kita impikan.”
Begitulah nasib sejumlah aparatur sipil negara (ASN) yang kini terombang-ambing di antara harapan dan kenyataan. Mereka duduk di kursi kosong, menatap kalender birokrasi, menandai hari demi hari yang terlewati, berharap panggilan itu tiba. Namun, panggilan tak juga datang.
Reshuffle yang disebut-sebut sebagai “penyegaran” justru menjelma penantian panjang. Ada yang menyebutnya sebagai proses alami dalam rotasi jabatan, ada pula yang melihatnya sebagai pertarungan senyap kepentingan politik di balik layar. Yang pasti, waktu terus berjalan, sementara segelintir ASN hanya bisa menggantungkan asa di relung sukma.
Di ruang-ruang kantor, terdengar bisik-bisik getir,
“Apakah nama kita akan masuk dalam daftar pelantikan..?
“Atau mimpi itu selamanya hanya fatamorgana..?
Penantian ini bukan sekadar soal jabatan, melainkan soal harga diri dan pengabdian. ASN yang telah melewati puluhan tahun pengabdian kini berhadapan dengan ketidakpastian yang memayungi karier mereka di senja hari.
” Ironinya, jabatan yang mestinya menjadi penghargaan atas dedikasi, malah berubah menjadi arena spekulasi dan permainan waktu.
Di balik layar, kabar berhembus bahwa reshuffle ini tak hanya soal penyegaran birokrasi, melainkan juga soal tarik-menarik kepentingan politik, balas jasa, hingga kompromi yang tak pernah benar-benar usai. ASN pun akhirnya hanya menjadi pion yang digeser di papan catur kekuasaan.
Pertanyaannya, sampai kapan.?. Apakah reshuffle Annisa Leli benar-benar menghadirkan “penyegaran” birokrasi, ataukah sekadar memperpanjang penantian yang penuh luka dan asa yang tergantung…?
Seperti bait terakhir lagu Batas Senja, harapan itu masih dihidupkan: “Segala harapan kan datang yang kita impikan.” Namun, di dunia politik lokal yang penuh intrik, harapan itu kerap kali hanya menjelma sebagai ilusi, terang yang tak pernah benar-benar menyapa senja.
Namun penulis berpesan teruntuk ASN tetaplah untuk bersabar dan jangan menyerah dulu waktu masih panjang, do’a kita tak kan pernah usang meski pemimpin silih berganti di ranah cati nan tigo ini.***
Discussion about this post