Oleh Syafri Piliang
Wartawan Muda
Dharmasraya – Di sebuah nagari di Kecamatan Sembilan Koto, seorang petani tua menatap hamparan tanah yang ditumbuhi ilalang. Lahan itu luas, hampir tak bertepi, namun sebagian besar belum tersentuh cangkul, apalagi mesin.
“Dulu katanya ini mau jadi kawasan transmigrasi. Tapi sudah lama terbengkalai,” ucapnya lirih. Suaranya seolah mewakili ratusan keluarga di Dharmasraya yang menunggu giliran mendapat kesempatan menggarap tanah baru, seperti yang dulu dirasakan para perintis di Sitiung.
Kenangan Sitiung masih begitu kuat di benak masyarakat Dharmasraya. Daerah yang dulu hanyalah hutan belantara, kini menjelma pusat pertumbuhan ekonomi baru. Sekolah, pasar, dan jalan tumbuh dari tanah yang dahulu sunyi. Keberhasilan itu kini ingin diulang kembali melalui Padang Hilalang II.
Harapan itu kembali menyala ketika Bupati Dharmasraya, Annisa Suci Ramadhani, bertemu dengan Menteri Transmigrasi, Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara, di Jakarta, Selasa (26/8/2025). Dalam pertemuan itu, Annisa membawa kegelisahan warganya. Ia ingin Dharmasraya kembali masuk dalam peta prioritas transmigrasi nasional.
“Banyak keluarga di daerah kami yang masih hidup dalam keterbatasan. Mereka butuh lahan, butuh ruang, butuh harapan. Padang Hilalang II bisa menjadi jawabannya,” ujar Annisa.
Menteri Iftitah tak menampik. Ia menyebut Padang Hilalang II seluas 900 hektare yang masih menyimpan potensi besar. Kawasan itu, kata dia, akan diprioritaskan bagi transmigran lokal untuk masyarakat Dharmasraya yang belum sejahtera.
Bagi masyarakat kecil, transmigrasi bukan sekadar program pemerintah. Ia adalah jalan keluar. Sebuah janji tentang masa depan yang lebih layak, tentang sawah yang bisa ditanami, rumah yang bisa dihuni, dan jalan yang bisa dilalui anak-anak menuju sekolah.
“Kalau memang dibuka lagi, kami ingin ikut. Sekarang kami hanya buruh tani, hidup pas-pasan,” kata seorang ibu Nurmala 38 tahun di Kecamatan Sembilan Koto, sembari menggendong anak sulungnya.
Transmigrasi memang sempat terhenti di Dharmasraya sejak tahun 2016 silam. Dua tahun tanpa geliat membuat statusnya sebagai kawasan prioritas nasional dicabut pada 2018. Sejak itu, Padang Hilalang II hanya menjadi nama yang terdengar samar, seolah hanya tinggal cerita.
Namun, kali ini, janji yang diucapkan lebih konkret. Menteri berkomitmen untuk datang langsung ke Dharmasraya, meninjau lahan, dan untuk memastikan program terswbut benar-benar berjalan.
Annisa menambahkan, pola transmigrasi kini tidak akan berhenti di sawah dan rumah. Konsepnya lebih modern, kawasan akan tumbuh dengan industrialisasi terpadu, memadukan pertanian, perdagangan, pariwisata, hingga UMKM.
Jika benar terwujud, Padang Hilalang II bukan hanya menjadi tempat tinggal yang baru, tapi juga pusat kehidupan baru.
Tempat di mana harapan lama yang sempat padam kembali menyala.
Di mata masyarakat kecil, transmigrasi bukan sekadar kata teknis dalam dokumen kementerian. Ia adalah pintu menuju masa depan yang lebih baik. Dan di tanah yang kini masih ditumbuhi ilalang itu, mereka sedang menunggu, kapan pintu itu kembali dibuka.***
Discussion about this post