Solok Selatan — Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia 2024, prevalensi stunting di Solok Selatan, Sumatera Barat, turun drastis dari 31,7 persen menjadi 14,7 persen.
“Capaian ini tentu sangat menggembirakan, bahkan sudah jauh lebih baik dibandingkan angka nasional sebesar 31,5 persen dan Provinsi Sumatera Barat sebesar 23,6 persen,” ujar Wakil Bupati Yulian Efi dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Periode I Tingkat Kabupaten Solok Selatan yang digelar di Padang Aro, Kamis (24/4).
Ia mengapresiasi penurunan angka stunting yang cukup signifikan tersebut. Namun demikian, ia menegaskan bahwa angka hanyalah indikator.
“Yang paling penting bukan sekadar angka, tetapi percepatan nyata di lapangan demi menghasilkan SDM yang unggul untuk masa depan Solok Selatan,” tegasnya.
Wabup juga menyinggung pentingnya penanganan kemiskinan ekstrem yang turut menjadi faktor risiko stunting.
Dalam hal ini, sinergi berbagai pihak dinilai krusial untuk mencapai target pembangunan kesehatan yang berkelanjutan.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB) dr. Erawati menjelaskan, setelah proses verifikasi data, saat ini terdapat 686 Keluarga Berisiko Stunting (KRS) yang menjadi target prioritas.
“Upaya kita tidak hanya fokus pada intervensi gizi, tetapi juga intervensi non-gizi. Prosesnya terus berjalan di lapangan,” katanya.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam upaya penurunan stunting di Solok Selatan.
“Semoga melalui rakor ini kita mendapat pencerahan dan semakin solid dalam menyelesaikan kasus stunting di daerah kita,” harapnya. (Joko)
Discussion about this post