Pariaman — Riang gembira, sesekali haru biru. Semua perasaan itu campur aduk dan berkecamuk tatkala Mardison Mahyuddin, Cawako Pariaman nomor urut 2 bersama tim kampanye MM-BA, pada Selasa (5/11) menjelang siang, blusukan ke Pasar Rakyat Kota Pariaman–yang saban hari–nyaris seperti pasar mati.
Satu per satu kios petak toko dikunjungi Mardison yang dikenal dekat dengan akar rumput ini. Mau dikata apa? Banyak di antara pedagang mengeluh, keadaan toko yang sepi tak ada pembeli.
Mereka menitipkan harapan besar kepada Mardison kelak terpilih jadi Walikota Pariaman di Pilkada serentak, 27 November mendatang.
Menurut pedagang di sana, sejak mereka mulai menempati petak toko di Pasar Rakyat, merupakan awal dari kesengsaraan bagi mereka.
Para pedagang Pasar Rakyat perlahan menjerit. Bangunan pasar yang dikonsep seperti pasar modern itu, yang tadinya digadangkan akan meningkatkan nilai ekonomi, ternyata musibah yang mereka dapatkan.
Tak ayal banyak di antara pedagang Pasar Rakyat meratap dengan penuh harap ketika dikunjungi Mardison. Mereka ingin Mardison benar-benar akan memperhatikan nasibnya.
“Dalam sehari itu pernah tak ada transaksi jual beli. Kadang yang mampir cuma satu dua saja. Itupun sudah alhamdulillah. Beda dengan dulu. Walaupun kondisi pasar becek dan lusuh, tapi kami tak merasakan kekurangan dalam segi ekonomi keluarga. Semuanya bisa hidup dari omset penjualan di pasar,” papar beberapa pedagang mengeluh di hadapan Cawako Mardison Mahyuddin dan tim kampanye.
Tidak tertatanya pedagang, dengan kondisi yang semrawut di Pasar Rakyat Kota Pariaman menyebabkan sejumlah pedagang kolaps, banyak toko-toko yang memilih tutup. Jika boleh menggambarkan suasana pasar yang sekarang, tak jauh beda dengan “kuburan”.
Perihal itulah yang menjadi prioritas Mardison Mahyuddin kelak terpilih sebagai Walikota Pariaman periode 2024-2029. Ia berjanji akan menata kembali pedagang pasar, dan memulihkan perputaran roda ekonomi di sana, sehingga pedagang kembali bergairah.
Sebetulnya kondisi Pasar Rakyat Pariaman seperti yang disebutkan di atas telah berlangsung lama. Persisnya, pasca Pasar Rakyat Pariaman diresmikan Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin 3 tahun yang lalu.
Saat itu tren aktifitas jual beli pedagang di Pasar Rakyat Pariaman terus menurun. Padahal, revitalisasi pembangunan Pasar Rakyat Pariaman ini telah menelan biaya Rp89,74 miliar melalui APBN dari Kementerian PUPR.
Namun semua itu dapat dikatakan tak mampu meningkatkan daya tarik pengunjung, ataupun menggenjot daya jual pedagang.
Keadaan tersebut disinyalir dipicu oleh ketidakmampuan Genius Umar ketika menjabat walikota, dalam menata kelola pasar yang akhirnya berimbas pada sepinya pengunjung dan pembeli. (Idm)
Discussion about this post