Maulid Nabi di Mesjid Tertua V Koto
Campago – Bakal calon (balon) Wakil Bupati Padangpariaman, Dr (C) Yosdianto, S.Pd, M.Si menghadiri Maulid Nabi di Masjid Al Qadi Ikhsan Korong Campago Nagari Campago Barat, Kampung Dalam, Minggu (15/9/2024).
Yosdianto memuji masjid yang dulunya bernama Surau Ungku Kadi itu, masih berdiri di lokasi yang sama sejak pertama dibangun pada tahun 1718.
Dikatakan Yosdianto, dirinya kagum dengan sejarah masjid tertua di Kanagarian Limo Koto Kampung Dalam Lamo tersebut.
“Masjid ini sangat terkenal dengan nama lain, Surau Ungku Kadi. Selain masjid tertua, jemaahnya juga ramai,” kata Yosdianto.
Selain itu, sambung Yosdianto, ia juga salut dengan masyarakat kanagarian di Kecamatan V Kp Dalam yang telah banyak melahirkan tokoh-tokoh besar. Baik tokoh lokal maupun nasional, seperti Mantan Jaksa Agung, Basri Arief, Mantan Ketua BPK, Harry Azhar Azis dan pengusaha multinasional H. Arisal Aziz.
Yosdianto menyampaikan dirinya mendampingi Bupati Suhatri Bur di Pilkada Padangpariaman memiliki komitmen melanjutkan pembangunan Padangpariaman, khususnya di V Koto Kp Dalam.
“Apalagi Ketua DPRD-nya adalah putra Kampung Dalam, adinda kita, Aprinaldi. Kolaborasi ini sangat dibutuhkan untuk percepatan pembangunan di Kecamatan V Koto Kp Dalam,” kata Yosdianto.
Di saat yang sama, Tokoh Pemuda Kampung Dalam, Dr. Aprinaldi, SPd, MPd, AIFO, mengajak masyarakat menyatukan tekad mendukung Suhatri Bur-Yosdianto menjadi bupati dan wakil bupati di Pilkada Padangpariaman mendatang.
Mantan Ketua KONI dan anggota DPRD Padangpariaman (2019-2024, 2024-2029) ini menyebut telah banyak perubahan di Padangpariaman meski baru tiga setengah tahun dipimpin Bupati Suhatri Bur.
“Padangpariaman ke depan sudah sangat tepat kembali dipimpin Bupati Suhatri Bur, dan sekarang lebih hebat lagi beliau memilih wakilnya, Bapak Yosdianto yang merupakan seorang tokoh pendidikan dan entrepreneur yang memiliki wawasan dan visi untuk memajukan Padangpariaman ke depan,” kata calon Ketua DPRD Padangpariaman itu.
Aprinaldi mengulas sejarah Masjid Al Qadi Ikhsan yang dibangun pertama kalinya oleh seorang Syekh Ungku Tagah di tahun 1718.
Setelah Syekh Ungku Tagah wafat, sambung putra asli Kp Dalam itu, pengelolaan masjid yang dulunya merupakan surau kayu itu dilanjutkan oleh keponakannya, Syekh Ungku Pincuran.
Lalu pada abad ke 19 di masa kolonial Belanda, surau itu makin ramai jemaah dan simbol perjuangan ulama yang dipimpin oleh cicit dari Syekh Ungku Tagah, Syekh Ungku Al Qadi Ikhsan.
“Alhamdulillah sampai saat ini, semua kegiatan keagamaan selalu diselenggarakan di masjid paling bersejarah di Kp Dalam ini,” pungkas mantan Ketua BEM UNP itu. (OLP/idm)
Discussion about this post