Sawahlunto,Investigasi,- Masyarakat Silungkang hari ini memperingati momen sejarah Perjuangan Rakyat Silungkang melawan ketidakadilan pemerintah kolonial Belanda yang terjadi pada tanggal 1 Januari 1927, yang hampir terjadi satu abad silam sekitar 93 tahun yang lalu, sabtu (4/1) di pasar Silungkang.
Perjuangan tersebut meletus dengan dukungan 18 Nagori dibawah kepemimpinan Nagori Silungkang. Tokoh tokoh sentra yang terlibat adalah Kaharudin Manggulung, M. Yusuf Sampono Kayo, Ibrahim yang wafat di tali gantungan, dan Sulaiman Labai yang wafat di penjara Ambarawa sebelum Indonesia merdeka.
Dan sebagian lagi dari para pejuang tersebut dibuang ke Boven Digoel, Papua. Diantara mereka adalah Datuk Saleh Baginda Ratu dan istrinya, Srikandi Salamah, Talaha Sutan Dilangik, Saleh Mangkuto, Buyung Sutan Sinaro, Talaha Sutan Jambi, Jamal Basri, Upik Itam. Para pejuang ini telah mendapatkan pengakuan negara sebagai Perintis Pejuang Kemerdekaan Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial RI tahun 1954 sampai 1982.
Untuk mengenang para pejuang itu dibangunlah sebuah Tugu Perjuangan di areal pasar Silungkang untuk mengingatkan tentang proses perlawanan terhadap kesewenangan penjajah Belanda.
Peringatan ini dihadiri oleh putri Proklamator Muhammad Hatta yaitu Meutia Hatta, Walikota Sawahlunto Deri Asta, Wakil Walikota Zoirin Sayuti, Ketua DPRD Sawahlunto Eka Wahyu, Tokoh Masyarakat Silungkang Herman Nawas, dan unsur Forkopimda Kota Sawahlunto beserta seluruh masyarakat Silungkang.
Walikota Sawahlunto Deri Asta menyambut baik momen peringatan tersebut,” Ini merupakan salah satu bentuk penghargaan kita generasi sekarang terhadap perjuangan para pahlawan Perintis Pejuang Kemerdekaan Indonesia.
Dia juga menambahkan,” Sebagai pemerintah daerah dia berharap agar para tokoh masyarakat silungkang yang tergabung dalam PKS tetap selalu kompak dan bersatu sehingga cita cita para pejuang untuk peningkatan ekonomi warga Silungkang dan Sawahlunto tercapai. Dan untuk akhir tahun ini ada kado buat kita masyarakat Sawahlunto bahwa angka kemiskinan turun dari 2,39 persen menjadi 2,17 persen dari data BPS, penurunan ini terjadi berkat program keroyokan Pemko berupa pembagian gratis itik, ayam, kambing juga bibit pertanian ditambah pemberian beasisiswa terhadap mahasiswa Sawahlunto, pembagian seragam gratis buat murid murid tahun ajaran baru, juga bantuan BPJS gratis bagi masyarakat Sawahlunto,” Kata Walikota Sawahlunto yang juga lulusan Universitas Bung Hatta ini dihadapan seluruh masyarakat dan para tokoh Silungkang yang hadir.
Herman Nawas sebagai Tokoh Masyarakat Silungkang yang juga pemilik yayasan UPI di Lubuk Begalung Padang memberikan bantuan dalam bidang pendidikan kepada para pemuda pemudi Silungkang yang mengisi acara dan ingin kuliah di UPI,” Kita akan mengratiskan biaya kuliah dan memberikan uang 1 juta rupiah sebagai reward untuk anak anak tersebut yang akan kuliah di UPI, dan untuk gurunya yang telah membimbing kita berikan reward 15 juta rupiah” katanya yang langsung disambut sorak sorai dari para anak anak muda yang hadir tersebut.
Dikesempatan itu ibu Meutia Hatta menyampaikan keinginannya,” Jadilah pemimpin yang mementingkan kesejahteraan rakyat baik dari segi ekonomi dan pendidikan, bangunlah bangsa ini sampai kedaerah daerah tetpencil,dan jangan hanya ribut dalam perebutan kursi dan politik,” ujar anak Proklamator ini ketika diwawancara secara khusus oleh media.
Dia juga menceritakan bagaimana keterlibatan Muhammad Hatta dalam perjuangan rakyat Silungkang ini,” Ketika para pejuang Silungkang ini dibuang ke Boven Digoel mereka bertemu dengan Muhammad Hatta, dan menceritakan kisah mereka sampai dibuang kesana. Kemudian timbul ide dari Bapak kepada para pejuang agar sekembalinya dari Boven Digoel membuat sekolah dagang yang berlandaskan nilai nilai Islami, itulah sebabnya lahir SDI ( Sekolah Dagang Islam ). Ini berkaitan dengan latar belakang masyarakat Silungkang yang pedagang dan orang Islam, jadikanlah pendidikan penunjang ekonomi rakyat yang sesuai syariat Islam,” jelas ibu Meutia Hatta tentang hubungan erat Proklamator dengan rakyat Silungkang.
Dan setelah Kemerdekaan Bung Hatta kembali bertemu dengan para tokoh tersebut, beliau langsung mengunjungi Silungkang dan membangun Pembangkit Listrik, padahal ditempat kelahirannya belum ada, begitulah kepeduliannya terhadap daerah daerah yang saat itu terpencil, tetapi beliau mengutamakan pembangunan pada daerah tersebut,” kisahnya mengenang Bung Hatta yang juga Ayahanda tercintanya dalam proses perjuangan rakyat Silungkang selanjutnya.
Meutia hatta menghimbau agar generasi muda, kaum millenial memiliki semangat juang tinggi untuk membangun bangsa, ingat sejarah, ingat perjuangan para Pahlawan yang dengan keterbatasan dalam segala hal tetap memiliki semangat yang tinggi sehingga Indonesia bebas dari penjajahan Belanda. Yosefin
Discussion about this post