Bukittinggi — Sungai atau lebih dikenal dengan Batang Sianok, membentang persis membatasi wilayah administratif kota Bukittinggi dan kabupaten Agam.
Pada beberapa kawasan, di kedua sisi batang Sianok ini menjadi pemukiman bagi warga kedua daerah.
Mengingat topografi kawasan ngarai Sianok yang rawan bencana, seperti yang terjadi Senin siang kemaren, sudah seharusnya dilakukan penangan secara komprehensif di sepanjang aliran dan kedua sisi aliran sungai yang diapit ngarai (tebing tinggi) yang rawan longsor.
Karena itu Pemerintah Kota Bukittinggi memandang penting mencarikan solusi banjir dan longsor ke Pemerintah Provinsi Sumbar sampai ke pusat.ke pusat.
“Pemerintah Kota Bukittinggi, segera mencarikan solusi terkait musibah banjir aliran batang dan Ngarai Sianok yang telah terjadi beberapa kali,” tegas Wakil Walikota Bukittinggi, H.Marfendi yang turun ke lokasi Senin kemaren.
Marfendi menambahkan, akan meminta kajian Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) jika dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat tidak ada solusi, akan diminta ke pusat.
Marfendi bersama Kepala Damkar dan Camat Guguk Panjang mengunjungi langsung lokasi banjir Sungai Ngarai Sianok yang disebabkan jebolnya salah satu sumbatan di aliran hulunya, Senin
Apalagi kejadian kemareb tanpa adanya hujan, nanun tiba-tiba saja. Nantinya BKSDA diminta bekerjasama mengecek titik aliran yang jebol. Normalisasi sungai diperlukan agar kejadian tidak berulang.
Pemko Bukittinggi memastikan tidak ada korban jiwa yang timbul dari kejadian yang mirip dengan musibah banjir bandang di Kabupaten Agam.
“Tidak ada korban jiwa karena di kejadian serupa pada akhir April lalu sudah dilarang adanya aktivitas jual beli di bibir sungai,” tambah Marfendi.
Kejadian ini sudah ketiga kaliny, dan kali ini memang lebih besar dampaknya. Warga sudah diminta waspada dengan sebagian mengungsi ke rumah kerabatnya di daerah aman
Dikutip dari LKBN Antara, Camat Guguk Panjang Yelrizon menambahkan terdata tujuh rumah mengalami rusak berat dengan 14 Kepala Keluarga (KK) ikut terdampak.
“Ada tujuh rumah yang rusak, puluhan orang mengungsi ke rumah saudaranya. Proses rekonstruksi disegerakan. Sungai Ngarai Sianok di bawah pengawasan Pemprov Sumbar,” katanya.
Untuk proses pemindahan permanen warga atau relokasi, ia mengungkap masih dalam tahap sosialisasi ke warga.
“Relokasi sedang diupayakan. Saat ini proses sosialisasi kepada warga karena lokasi saat ini sudah tidak layak ditempati,” jelasnya. (Pon)
Discussion about this post