Agam — Banjir bandang (galodo) lahar dingin gunung Marapi, yang banyak meluluhlantakan berbagai infra struktur di Kabupaten Agam khususnya, belum semuanya mendapatkan perhatian.
Salah satu dampak banjir bandang Minggu (11/5) lalu yang telah merusak aliran air di bendungan Muaro Durian, nagari Sungai Tanang, Banuhampu, menjadi bobol.
Padahal bendungan ini menjadi sumber air bagi kebutuhan ratusan hektar sawah yang menyebar setidaknya di tiga nagari di Banuhampu, termasuk untuk kota Bukittinggi.
Selain menjadi sumber air utama areal pesawahan masyarakat di nagari Ladang Laweh dan Taluak Limo Suku di kecamatan Banuhampu, juga untuk areal pesawahan di Nagari Guguaktinggi Tabek Sarojo, IV Koto dan sampai ke kota Bukittinggi.
Menurut Wali Nagari Ladang Laweh, David Erlangga, mengingat vitalnya fungsi bendungan Muaro Durian ini, maka masyarakat tigo nagari di Banuhampu dan IV Koto, sepakat dan turun bersama melakukan gotongroyong Minggu (18/5) ini membersihkan tumpukan material serta struktur dam yang runtuh, supaya aliran air bisa lancar dan tidak berpotensi runtuh kembali bila hujan turun.
“Kita khawatir, bila tidak dibersihkan sebagai langkah penanggulangan awal, bila hujan turun akan mengundang longsoran susulan,” tegas David.
Wali Nagari Ladang Laweh menyebutkan, pihak pemerintah nagari, kecamatan sampai kabupaten Agam sudah melakukan koordinasi dengan Pemprov Sumbar, khususnya PSDA, untuk menanggulangi dan perbaikan bendungan agar bisa berfungsi kembali, serta bisa mengaliri areal pesawahan masyarakat.
Namun di lain pihak, David menyayangkan, karena bendungan Muaro Durian ini juga mengaliri areal pesawahan masyarakat di Kota Bukittinggi, Walikota maupun Sekda yang dihubungi tidak memberikan respon sama sekali.
“Sebagai sebuah bencana, terlepas tersangkut kepentingan pemerintah atau masyarakat, semua butuh kepedulian semua pihak. Apalagi kondisi lapangan tidak memungkinkan penanggulangan hanya dengan tenaga manusia,” tukas Wali Nagari Ladang Laweh. (Pon)
Discussion about this post