Bukittinggi — Seperti diprediksi oleh Pemerintah Pusat, jumlah pemudik Lebaran Idul Fitri tahun ini terjadi peningkatan yang secara nasional mencapai 194 juta orang. Sebagai daerah dengan jumlah perantau yang banyak, prediksi tersebut juga dirasakan oleh provinsi Sumatera Barat. Dan sebagai Kota Wisata, Bukittinggi jelas menjadi tumpuan pengunjung.
Ramai, itu pasti, karena ini sudah menjadi kondisi rutin bagi Bukittinggi, apalagi lebaran Idul Fitri sekarang sebagaimana memang terjadi lonjakan arus kunjungan. Lebih khusus lagi, tahun ini menjadi tahun ke-40 Bukittinggi dicanangkan sebagai Kota Wisata.
Kondisi ini sebelumnya juga sudah diprediksi oleh Pemerintah Kota Bukittinggi sebagaimana diakui Sekretaris Daerah Martias Wanto ketika berbincang-bincang dengan reportaseinvestigasi.com, saat buka bersama di rumah dinas Walikota beberapa hari menjelang lebaran.
Menurut Sekda, pada lebaran tahun 1445 Hijriyah ini sebagaimana diperkirakan pemerintah pusat, Bukittinggi bisa dipastikan juga akan dilimpahi pengunjung untuk mudik dan berwisata.
“Karena itu, Pemko Bukittinggi khususnya bersama lembaga terkait, sejak awal sudah melakukan koordinasi dan langkah-langkah antisipatif menghadapi lonjakan pendatang tersebut,” jelas Sekda.
Apalagi, pada lebaran Idul Fitri tahun ini selain terus melakukan membenahi objek-objek wisata khususnya, juga memiliki spot wisata baru berupa pusat kuliner berupa Stasiun Lambung yang diyakini Martias Wanto akan menambah daya tarik bagi pengunjung untuk datang ke Bukittinggi.
Dari berbagai aspek yang perlu diantisipasi, dan jadi tantangan selama ini di Bukittinggi, adalah pengaturan dan penataan (rekayasa) arus lalulintas khususnya di dalam kota, termasuk jalur keluar-masuk.
Sebagaimana diketahui, rekayasa arus lalulintas mulai pra sampai pasca lebaran telah dilakukan oleh lembaga pemerintah pusat. Namun tentu juga menyangkut pemerintahan lebih bawah, mulai dari pemerintah provinsi sampai kabupaten dan kota.
Kota Bukittinggi jelas juga sangat terkait dalam rekayasa arus lalulintas tersebut, karena akan menentukan bagaimana kondisi keamanan, kenyamanan dan kelancaran yang akan terjadi.
Karena itu pula, petugas terkait dari Pemko Bukittinggi seperti dari Dinas Perhubungan dan Satpol PP, yang dilibatkan dalam penerapan rekayasa yang dilakukan bersama tim dan petugas provinsi atau kota yang bersentuhan satu sama lain.
Kepala Dinas Perhubungan kota Bukittinggi melalui Sekretarisnya Prince Maradoni menjelaskan, sejumlah petugasnya juga dilibatkan bersama tim yang melakukan tugas pengaturan di luar kota seperti di Padanglua. Karena bagaimana arus lalulintas yang masuk ke dalam kota Bukittinggi ditentukan dari pengaturan dari pintu-pintu yang ada di luar kota.
Dari pengaturan yang sudah dilakukan sejak dari hulu, tambah Prince, petugas Dishub bersama unsur instansi terkait lebih mudah melakukan rekayasa di dalam kota.
Sebanyak 70 orang dari Dishub yang dibagi dalam dua regu bersama petugas terkait, tahun ini menurut Sekretaris Dishub, secara situasional melakukan rekayasa arus lalulintas yang dibutuhkan sehingga tidak terjadi penumpukan yang berujung pada kemacetan, sehingga lebih kondusif dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Untuk menciptakan kondusifitas arus lalulintas di dalam kota, pihak Dishub tidak hanya menempatkan petugasnya pada posko-posko yang sudah dibentuk, atau titik rawan kemacetan, secara mobile juga memantau ruas-ruas jalan, terutama di depan hotel yang dipadati pengunjung dan dilimpahi parkir kendaraan.
“Petugas kami melakukan pemantauan ke sekitar jalan hotel yang ramai dan kendaraan pengunjungnya bisa mengakibatkan tersendatnya arus lalulintas. Melalui kerjasama dengan pihak hotel, petugas melakukan penertiban parkir kendaraan,” jelas Prince.
Padahal diakui Prince, untuk lebaran Idul Fitri tahun ini jumlah kendaraan bermotor yang datang ke Bukittinggi dihitung dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Dampak lain dari limpahan arus pengunjung yang datang ke kota Bukittinggi, terbukti dari melimpahnya tingkat okupansi (hunian hotel di Bukittinggi) pada lebaran tahun ini meningkat lebih dari 100 persen dibandingkan.
Kepala Dinas Pariwisata Bukittinggi Rofie Hendria menjelaskan, dalam sepekan lebaran jumlah hunian hotel selama sepekan lebaran sebanyak 5.506 kamar. Ini berarti lebih dua kali lipat dibandingkan tahun lalu yang hanya 2.236 kamar.
“Tentu saja kedatangan tamu yang menginap di hotel itu akan memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bukittinggi yang cukup besar,” tutur Rofi.
Demikian dengan tiga objek wisata berbayar, yakni Kebun binatang atau Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan, Benteng de Cock dan Lobang Jepang, dalam lima hari sebanyak 100.218 orang, dengan besar pendapatan Rp.2.295.221.000.
Objek wisata baru berupa Stasiun Lambuang, sesuai yang diproyeksikan Pemko Bukittinggi, selama tanggal 10 sampai 15 April lalu saja sudah didatangi oleh 24.013 orang penikmat kuliner.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian kota Bukittinggi Wahyu Lestari menyebutkan, dengan penyediaan sebanyak 116 gerai yang disediakan yang menyuguhkan berbagai jenis kuliner spesifik minang termasuk khas Bukittinggi, ternyata mampu menarik pengunjung untuk menikmati objek wisata baru tersebut.
Kondisi tersebut diakui Walikota Erman Safar dan Sekda Martias Wanto, juga dapat memberikan berkah rezeki bagi warga Bukittinggi yang ikut melibatkan diri semua aspek kepariwisataan yang di kota Bukittinggi. (Pon)
#Advertorial
Discussion about this post