Seperti yang dilakukan menjelang tutup tahun pada beberapa kurun waktu terakhir, unsur pimpinan dan staf Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) kota Bukittinggi serta para wartawan mewakili perusahaan medianya melakukan kunjungan kerja/studi banding ke luar daerah.
Kunjungan rombongan Bukittinggi diikuti lebih dari 60 orang ini, melakukan kunjungan ke Dinas Kominfo kota Pekanbaru dan kabupaten Pelalawan, didampingi oleh sejumlah pengurus PWI setempat.
Pada kunjungan hari pertama Kamis (23/11) dengan Dinas Kominfo kota Pekanbaru di lokasi perkantoran Bandar Tenayan Raya, setidaknya diperoleh dua sudut yang bisa dijadikan perbandingan oleh Pemko khususnya Dinas Kominfo Bukittinggi.
Pertama dari sisi program kerja, alokasi anggaran serta realisasinya yang berkaitan kerjasama dengan perusahaan pers yang notabenenya termasuk para wartawan.
Dari alokasi anggaran sebesar Rp.8 miliar/tahun, Diskominfo Pekanbaru melakukan kerjasama dengan perusahaan media massa, sesuai dengan produknya, mulai media cetak, elektronik sampai online secara terbuka.
Sesuai dengan waktu dan persyaratan yang telah ditentukan, perusahaan pers memasukan penawaran masing-masing. Penawaran secara online tersebut akan diproses dan diverifikasi sampai diumumkan bagi yang sudah memenuhi ketentuan.
Proses yang juga sudah diterapkan oleh beberapa daerah di Sumbar misalnya, terus terang belum dilakukan oleh Diskominfo kota Bukittinggi.
Meski demikian, apa yang diprogramkan oleh Diskominfo kota Bukittinggi dan hampir seluruh daerah di Sumbar, adalah adanya kerjasama pemberitaan pada media massa khususnya online dan dibayar sesuai dengan jumlah setiap bulan. Sedang di Pekanbaru termasuk di Pelalawan, hanya kerjasama untuk penerbitan laporan khusus saja secara periodik sesuai moment.
Catatan kedua yang cukup menarik, bahwa Pekanbaru usianya ternyata hanya berbeda bulan dengan Bukittinggi. Pekanbaru dicatat lahir pada 23 Juni 1784, sedangkan Bukittinggi pada 22 Desember 1784.
Meski kedua kota ini lahir di tahun yang sama, sesuai dengan potensi dan luas wilayahnya, perkembangan Pekanbaru dari berbagai sisi jauh berkembang dibandingkan dengan Bukittinggi.
Selain statusnya sebagai ibu provinsi, Kota Pekanbaru memiliki wilayah jauh lebih luas dan berada pada titik pusat dari jalur transportasi lintas Timur Sumatera serta daerah di wilayah Riau sendiri, memiliki potensi tumbuh tumbuh dan berkembangnya sektor jasa.
Karena itu, sektor jasa yang memberikan kontribusi terbesar bagi PAD kota Pekanbaru ini diakui pejabat Diskominfo setempat sangat diperhatikan pelayanannya oleh Pemko. Terutama untuk administrasi perizinan.
Pelayanan tersebut terutama untuk perizinan yang diberi kemudahan prosesnya melalui Mall Pelayanan Publik (MPP) Kota Pekanbaru. Dengan pelayanan prima itu pulalah MPP kota Bukittinggi mendapat penghargaan dari pemerintah pusat.
Dari sisi sektor jasa meliputi sub-sektor perdagangan dan industri, dinilai menjadi magnet bagi kota Pekanbaru untuk dijadikan tempat berusaha, apalagi pasca reformasi yang menggeliatkan pertumbuhan ekonomi hampir semua daerah di Riau.
Hal itu terbukti dengan peningkatan jumlah penduduk kota Pekanbaru yang cukup signifikan paling tidak dalam dua dasa warsa terakhir, sehingga kini sudah mencapai 1,1 juta jiwa sesuai dengan data yang dimiliki dinas Dukcapil setempat. Jumlah ini siang hari bisa mencapai sampai sedikitnya 1,3 juta jiwa.
Dengan jumlah penduduk yang sudah melebihi satu juta jiwa, Pekanbaru sudah masuk kategori Kota Metropolitan, melebihi kota Padang yang lebih dulu ada dan berkembang dari Pekanbaru. Bersambung
(Pon)
Discussion about this post