Pariaman — Jika pada cerpen legendaris karangan A.A Navis pernah kita dengar kisah “Robohnya Surau Kami”, maka dalam tulisan yang kita bahas sekarang adalah tentang “Runtuhnya Surau Balaikota Pariaman”.
Dalam cerpen A.A Navis itu menukilkan tentang kisah tragis matinya seorang Kakek penjaga surau (masjid yang berukuran kecil) di kota kelahiran tokoh utama cerpen tersebut. Diceritakan, si Kakek meninggal dalam keadaan tragis akibat dari bualan Ajo Sidi.
Sang Kakek mengakhiri hidupnya dengan menggorok lehernya sesudah mendengar bualan Ajo Sidi yang menceritakan tentang sosok Haji Soleh yang masuk neraka walaupun pekerjaan sehari-harinya beribadah di Masjid, persis yang dilakukan oleh si Kakek.
Sehingga surau yang dijaga oleh Kakek itu, tak lagi berpenghuni, tak lagi digunakan untuk beribadah. Hanya anak-anak kecil yang bermain di sana. Kondisi bangunan surau pun seketika keropos tak terawat, dan pada akhirnya kayu-kayu surau itu satu persatu digunakan warga sekitar surau untuk keperluan memasak di tungku.
Nah, jika dalam penggalan cerpen karangan A.A Navis itu menggambarkan situasi zaman dulu tentang robohnya surau di sebuah perkampungan akibat dari sebuah bualan yang masif. Beda lagi cerita tentang runtuhnya surau Balaikota Pariaman di zaman kekinian.
Bedanya, di surau atau mushala Balaikota Pariaman ini justru tidak terawat akibat tidak adanya kepedulian kepala pemerintahan di daerah itu, terhadap kondisi mushala yang tiap waktu digunakan pegawai pemerintahan untuk beribadah. Bisa saja barangkali ketidakpedulian dan ketidakpekaan kepala daerah itu sendiri terjadi dikarenakan jarang beribadah di surau itu. Wallahu ‘alam.
Faktanya yang terjadi sekarang menunjukkan keprihatinan akan ketidakpedulian tersebut. Padahal, Genius Umar sebagai kepala daerah setempat, sudah 10 tahun berdinas di sana: 5 tahun sebagai wakil walikota, 5 tahun kemudiannya menjabat walikota, sebagai pemegang perintah. Miris bukan?
Beruntung ada Roberia, Pj Walikota Pariaman yang baru dilantik sebagai kepala daerah sementara pada 9 Oktober kemarin, untuk menggantikan Walikota Genius Umar dan melanjutkan masa transisi kepala daerah menuju Pilkada 2024.
Tanpa tedeng aling-aling, Roberia memutuskan untuk melakukan renovasi mushala yang berada di dalam pusat lingkungan Balaikota Pariaman, tanpa merusak satu rupiah pun anggaran dari APBD. Kondisi mushala yang rusak dan tak terawat itu pun segera ditangani, dan mulai dikerjakan.
Direktur Harmonisasi dan Perundang-undangan, Kementerian Hukum dan HAM itu berujar melakukan renovasi mushala dengan cara swadaya, tanpa menunggu lama. Ia mengumpulkan sumbangan melalui penggalangan dana dari ASN saat wirid bulanan, Jumat (3/11). Alhasil, dana yang dikumpulkan berhasil menembus angka sebesar Rp 30 juta.
Bukan tanpa alasan Roberia berinisiatif melakukan renovasi mushala di balaikota itu. Roberia mengaku kaget dan prihatin melihat kondisi mushala Balaikota Pariaman lantaran tampak tak terurus dan mengalami kerusakan di beberapa titik. Ia sangat menyayangkan mushala balaikota dibiarkan rusak dan tak diperbaiki.
“Pertama kali saya melihat mushala Balaikota ini saya kaget, mengapa tempat ibadah ini dibiarkan rusak dan tidak dirawat, kan malu kita jika ada tamu daerah yang datang,” ujar Roberia.
Menurut netizen dalam komentar di sebuah unggahan yang membahas kondisi surau balaikota, menyebut pasangan kepala daerah sebelumnya memang sangat kurang perhatiannya terhadap agama, boro-boro bantu masjid/mushala lainnya di Kota Pariaman. Mushalla sendiri saja tidak diurus dan dirawat dengan baik.
“Makanya ASN Balaikota dan 4 OPD lainnya di komplek balaikota lebih memilih shalat Zuhur dan Ashar di masjid sekitar balaikota. Janji kampanye Rumah Tahfiz nol besar, bantuan untuk masjid/mushala hampir tak ada, jikapun ada dikeluarkan dengan irit terkesan pelit Ramadhan kemaren. kegiatan wirid Magrib Mengaji & Subuh Mubarokah, program Wako Mukhlis pun ditiadakan. Mudah-mudahan saja pemimpin seperti ini tidak dipilih lagi pada Pilkada tahun depan,” tulis akun Sutan Sinaro.
Lain lagi dengan komentar Syaiful Azman, menurutnya dulu aksi badoncek memperbaiki mushala ini pernah dilakukan, namun setelah itu tidak ada kelanjutan.
“Dulu sudah ada badoncek, dapat 20 juta lebih, tapi lain nan sakit, lain nan diobati,” sebutnya disertai emoticon sedih.
Kini pengerjaan renovasi sudah mulai dilakukan. Tiga orang pekerja tampak memperbaiki bagian mushala yang rusak. Ditargetkan semua pengerjaan selesai pekan depan. (Idm)
Discussion about this post