Pariaman – Euforia warga Kota Pariaman sederap menyeruak ketika itu Kamis (28/9). Rasa penasaran warga ingin melihat wujud eks kapal perang KRI Teluk Bone 511 yang sudah delapan tahun purnatugas tiba di perairan Kota Pariaman, sejak ditarik dari Surabaya oleh Take Boat Fatmawati dengan memakan waktu lebih kurang 50 hari kalender.
Memang, pro kontra kedatangan kapal bekas peninggalan Perang Dunia ke-II itu sudah berlangsung, sejak Genius Umar menandatangani naskah perjanjian hibah pemberian kapal bekas alutsista maritim di Kantor Direktorat Jenderal (Dirjen) Kekuatan Pertahanan (Kuathan) Kementerian Pertahanan, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (20/6).
Ada yang bilang, ambisi Genius untuk mendapatkan kapal bekas yang seyogyanya adalah eks kapal perang Amerika Serikat (AS),yang dibuat di galangan kapal American Bridge Company, Ambridge, Pennsylvania, AS pada 25 September 1944 itu, hanya memunahkan uang APBD saja. Sementara defisit keuangan selalu mendengung saat pembahasan anggaran. “Honjak-honjak lontong,” demikian orang banyak bilang.
Bunyi berita acara naskah itu memang hibah. Namun Pemko Pariaman tetap mengeluarkan biaya penarikan kapal melalui pihak ketiga, untuk sampai ke perairan Kota Pariaman melalui post pembiayaan Dinas Perhubungan sebanyak Rp 2 miliar. Sementara ihwal penarikan kapal senilai Rp 2 miliar, barang tentu dikondisikan dengan cara penunjukan langsung E-Katalog di UKPBJ Kota Pariaman.
Hal tersebut diakui Kepala Dinas Perhubungan Afwandi, “Biaya penarikan kapal melalui pihak ketiga tersebut dilakukan dengan mekanisme penunjukan langsung dengan biaya 2 miliar,” sebut Afwandi saat ditemui media di kawasan Terminal Jati Pariaman, Kamis (5/10).
Afwandi menambahkan kontrak kegiatan penarikan kapal itu hanya sampai ke perairan Kota Pariaman saja. Sedangkan untuk proses penarikan kapal dari perairan ke daratan secara khusus tidak tertuang dalam kontrak pelaksanaan.
“Tapi pihak perusahaan sudah berjanji secara lisan ke pimpinan (Genius, red), untuk menarik kapal itu ke daratan, ke lokasi yang sudah ditentukan, dekat lokasi mesjid terapung. Untuk waktunya itu diperkirakan bulan November, sebab menunggu air pasang dulu,” tukuk Afwandi.
Afwandi meyakini janji yang dibuat tadi terlaksana. Pasalnya, biaya tambahan penarikan kapal menuju lokasi daratan yang ditentukan tidak ada dalam anggaran. “Kita yakin kapal itu akan ditarik ke daratan oleh pihak perusahaan berdasarkan janji secara lisan itu. Sebab menurut kita, aset milik perusahaan masih berada di dalam kapal. Itulah yang menjadi keyakinan kita. Mereka akan kembali mengambil asetnya dan melakukan tugasnya menarik kapal ke kawasan pantai sesuai janji,” sambungnya.
Sementara itu di lain pihak, Sekretaris LSM Caredek, Endra Yulita berpendapat sebaliknya. Menurutnya kekhawatiran masyarakat sejauh ini semakin menjadi-jadi. Masyarakat khawatir, mengingat kapal yang dulunya mengangkut pasukan sekutu tersebut akan tetap berada di tengah perairan Kota Pariaman, karena proses penarikan kapal yang memiliki panjang 100 meter dan lebar 15 meter itu butuh biaya besar.
“Tidak mungkin tidak memakan biaya. Ke mana dicarikan uang untuk penderekan kapal untuk ditempatkan ke daratan sedangkan anggaran defisit, lebih lagi tidak dibahas di Badan Anggaran DPRD? Sekarang taroklah pihak perusahaan berjanji pada Genius. Pertanyaannya, apa mau mereka rugi? Belum lagi masa jabatan Genius sebagai wali kota itu habis tanggal 9 Oktober ini. Apa mungkin terealisasi tanpa biaya?” celetuk Endra Yulita.
Endra melanjutkan, posisi arah kapal yang sudah melintang ke utara akan semakin menambah beban proses penarikan. “Jika kapal tidak segera ditarik ke darat, tentunya uang rakyat yang digunakan Genius untuk ambisi kapal bekas akan sia-sia. Belum lagi biaya perbaikan kapal, biaya perawatan per tahun, siapa yang menanggung? Kalau kapal itu berada lama di tengah laut, maka masalah lain pun akan muncul,” tandas aktivis pejuang anti-korupsi ini. (idm)
Discussion about this post