Padang — Terdapatnya spanduk yang dipasang di Jalan Rawang belakang Rocky Plaza Hotel, yang berisi penolakan warga terhadap sosok Budi Syahrial sempat menimbulkan pertanyaan, ada apa dengan warga sehingga menolak kehadiran anggota DPRD Padang dari Partai Gerindra itu?.
Dari jawaban tertulis (rilis) yang diterima media hari Kamis (5/10), Budi Syahrial telah melakukan penyelidikan dan menyimpulkan bahwa ada upaya politik picisan dari segelintir oknum yang merasa keleluasaannya menggerogoti keuangan Masjid Muthatahhirin secara illegal demi kepentingan pribadi, terhalang.
“Hal ini bermula ketika saya diminta menjadi Pembina pengurus baru Mesjid Muthatahhirin yang menemukan data janggal dalam laporan keuangan mesjid,” ungkapnya.
“Dan akhirnya kami mengusut dugaan penyelewengan keuangan yang dilakukan pengurus lama yaitu oknum ketua dan wakil ketua yang berujung pada laporan polisi ke Mapolda Sumbar, tentang penyelewengan keuangan mesjid oleh oknum pengurus lama,” jelas Budi Syahrial.
Dalam jawaban tertulis yang juga telah disebarkan di grup WA tersebut, Budi juga menceritakan kronologis bagaimana kondisi di kepengurusan Masjid Muthatahirin Rawang Kelurahan Kampuang Jao Kecamatan Padang Barat.
“Singkat kata setelah dilakukan pemeriksaan, akhirnya mereka yang terlibat mengakui dan meminta perdamaian dan mengembalikan uang kas mesjid masing-masing Rp. 100 juta dan Rp 64 juta yang dipakai untuk kepentingan pribadi, sehingga menyebabkan keuangan mesjid menjadi minus sementara di laporan keuangan selalu berbunyi ada uangnya,” tulisnya dalam rilis tersebut.
“Setelah selesai masalah tersebut, ternyata dalam penelusuran saya sebagai Pembina bersama pengurus baru tentang keuangan Masjid Muthatahhiirin, juga menemukan lagi sejumlah oknum warga yang memakai uang mesjid untuk kepentingan pribadi dan saat ini sejumlah warga mendapatkan panggilan ke Polda Sumbar untuk mempertanggungjawabkan penyelewengan uang mesjid yang dilakukan mereka, dan sebagian ada yang sudah mengembalikan,” tambah Budi Syahrial.
Akan tetapi di tengah upaya melakukan perbaikan tersebut, Budi merasakan keanehan karna ada perlawanan dan dirinya mensinyalir ada tendensi politik.
“Anehnya terdapat upaya perlawanan yang aneh dan tendensinya politik picisan, gagal mempengaruhi warga untuk menolak kehadiran saya sebagai pembina mesjid, oknum-oknum tersebut menempelkan kain spanduk tak jelas asalnya dengan nada menolak Budi Syahrial,” kata anggota DPRD Padang ini.
“Padahal sebagian besar warga mendukung kami bersama pengurus baru karena melihat pengurus baru melaporkan keuangan mesjid secara transparan, dan uang yang ditarik dari para tersangka yang meminta damai langsung dipergunakan memperbaiki kubah mesjid, memperbaiki atap bocor, memasang plafon lantai 2 mesjid dan penggantian karpet sehingga Mesjid Muthatahhirin yang sempat suram kondisinya, dan karpetnya tidak terawat berubah membaik dan keuangan yang awalnya minus menjadi surplus kembali,” lanjut Budi.
Menurut Budi Syahrial, ada kejanggalan dalam spanduk penolakan tersebut, dikarenakan ada anak-anak di bawah umur yang menandatangi spanduk.
“Sejumlah kejanggalan juga ditemukan warga Rawang sendiri mereka mengirimkan rekaman video, pengakuan sejumlah anak-anak kepada saya yang disuruh oknum tertentu menandatangani penolakan,” lanjutnya lagi.
“Rekaman itu saat ini saya sebarkan juga melalui sejumlah saluran informasi digital kepada berbagai khalayak,” pungkas Budi Syahrial.
Terakhir Budi Syahrial, SH menegaskan, bahwa secara legal pengurus baru di-SK-kan oleh Dewan Mesjid Indonesia Cabang Padang yang diketuai Buya Maigus Nasir. Beliau, kata Budi, bersama pengurus DMI Kota Padang mengetahui persis persoalan Mesjid Muthatahhirin ini dan eksesnya terhadap saya saat ini.
Selain mengirimkan jawaban tertulis kepada media, Budi Syahrial juga mengirimkan video, foto surat panggilan dari kepolisian terhadap beberapa pengurus masjid yang telah dilaporkan sebelumnya. (Hen)
Discussion about this post