Arosuka – Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumatera Barat mengapresiasi penurunan angka stunting di Kabupaten Solok. Bahkan, penurunannya sangat signifikan dari 40,1 persen menjadi 24,2 persen.
“Di Sumatera Barat, tahun ini mengalami kenaikan angka Stunting dari 23,5% menjadi 25,2%. Namun, Alhamdulillah di Kabupaten Solok mengalami penurunan yang signifikan dari 40,1% menjadi 24,2%,” ungkap kepala BKKBN Sumbar melalui Hasmy Raharini saat diseminasi AKS Tahap I Tingkat Kabupaten Solok Tahun 2023, Kamis (27/7).
Menurutnya, percepatan penanganan stunting harus terintegrasi, baik itu di Kementerian maupun di daerah-daerah. Penurunan angka stunting menjadi prioritas demi mewujudkan Generasi Indonesia Emas Tahun 2045.
“Kognitif kita sekarang di bidang kesehatan maupun non kesehatan menyimpulkan bahwa generasi muda kita berada pada kondisi yang kurang sehat. Hal itu ditandai dengan terjadinya prevalensi Stunting,” bebernya.
Sementara itu, Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Solok melalui satf ahli, Mulyadi Marcos menyebutkan, Kabupaten Solok memang menjadikan penurunan stunting sebagai bagian dari prioritas daerah.
“Penanganan Stunting sudah menjadi Program Nasional, di mana target pusat pada taun 2024 pada angka 14%, namun di Kabupaten Solok, Bupati Epyardi Asda bertekad agar dapat menekan hingga angka 10%,” beber Mulyadi Marcos.
“Untuk itu, perlu kerjasama dari seluruh Pihak sehingga dapat mewujudkan hal ini bersama-sama. Pada tahap pertama, kita terfokus pada Kecamatan X Koto Di Atas, dimana saat ini di Kabupaten Solok penyumbang tertinggi dari kenaikan angka Stunting berada di daerah tersebut,” jelasnya.
Dari hasil evaluasi, penyebab dari stunting secara garis besar karena faktor ekonomi. “Untuk itu kepada Wali nagari, kita berharap agar dapat mengintervensi tidak hanya pada masalah gizi namun juga dalam Pemberdayaan Masyarakat guna meningkatkan Perekonomian Masyarakat di Nagari masing-masing,” tutupnya. (Cha)
Discussion about this post