Pariaman — Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kota Pariaman mewaspadai wabah penyakit mulut dan kaki (PMK) pada hewan ternak sapi dan kerbau.
Hal ini diketahui, Selasa (17/5), Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan, Dasril bersama petugas Balai Veteriner Bukittinggi melakukan pemeriksaan terhadap 4 ekor sapi milik Kelompok Tani (Keltan) Talao Indah, di Batang Tanjongkek, Kota Pariaman.
Menurut Dasril, dengan ditemukannya indikasi wabah PMK di Kota Pariaman, pihak menginstuksikan untuk menghentikan sementara transaksi pembelian atau mendatangkan hewan ternak dari luar daerah.
Selain itu katanya, pihaknya saat ini tengah melakukan upaya pencegahan agar wabah PMK pada ternak jelang memasuki Hari Raya Qurban, melakukan upaya preventif untuk antisipasi penularan.
Pasalnya, 4 ekor ternak sapi milik Keltan Talao Indah ini diindikasikan terjangkit wabah PMK, bermula dari pembelian satu ekor sapi yang dibawa dari Pasar Ternak Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman.
“Jadi setelah 3 hari setelah pembelian sapi di Pasar Ternak Sungai Sariak oleh keltan ini ditemukanlah indikasi bahwa sapi tersebut terjangkit wabah PMK. Ciri-cirinya sakit kuku, luka dan melepuh, lalu mulut bercak-bercak merah dan luka,. Sehingga menularkan ke 3 sapi lainnya,” terang Dasril.
Dengan demikian, pihaknya menghimbau agar masyarakat menghentikan dulu sementara kegiatan pembelian sapi dari luar daerah. Selain itu Dinas Pertanian juga sudah melakukan sosialisasi ke pemerintah desa yang ada di Kota Pariaman serta selebaran untuk penghentian sementara pembelian sapi ternak dari luar.
Sementara itu tim medis veteriner dari Balai Veteriner Bukittinggi, Sandi Mahaputra, membenarkan terdapat gejala penyakit PMK pada sapi yang diperiksa milik Keltan Talao Indah.
“Terdapat indikasi PMK setelah dilakukan pemeriksaan pada ternak milik Keltan Talao Indah. Ada beberapa. Namun nanti secepatnya kita akan lakukan pengujian di laboratorium untuk mengetahui hasilnya. Untuk tingkat kesembuhan sendiri cukup tinggi,” jelas Sandi.
Lebih jauh menurut Sandi, penyakit tersebut tidak menular kepada manusia. Hanya saja kerugian besar akan berdampak kepada peternak. “Penyakit ini tidak menular kepada manusia. Dagingnya pun masih aman dikonsumsi dengan suhu di atas 70 derajat Celcius,” tandasnya. (**)
Discussion about this post