PAINAN – Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) mengakui bahwa saat ini pada Sekolah Dasar (SD) dalam kekurangan Sarana dan Prasarana (sarpras) sebanyak 170 kelas di daerah itu.
Hal itu diakui Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pesisir Selatan, Salim Muhaimin, Rabu (21/9).
“Ya, benar di Sekolah Dasar saat ini memang kita kekurangan sarana dan prasarana sebanyak 170 kelas,” ungkap Salim.
Mantan Kepala SMA 3 Painan itu, melanjutkan namun demikian pemerintah daerah setempat tetap menjadi perhatian serius dalam permasalahan tersebut. Bahwa pihaknya diperintahkan oleh pimpinan, untuk dapat mengupayakan pengadaan mobiler tersebut khususnya Sekolah Dasar pada APBD perubahan tahun ini.
“Saya telah diperintahkan Bupati Rusma Yul Anwar untuk mengupayakan pengadaan mobiler ini pada APBD perubahan. Dan alhamdulillah sudah dianggarkan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) sebanyak 18 kelas untuk kebutuhan mendesak,”ungkapnya.
Salim menyebutkan kekurangan mobiler pada sekolah dasar itu telah berlangsung lama semenjak tahun 2016 di daerah setempat. Karena tida ada lagi pengadaan mobiler oleh pemerintah daerah sehingga hal yang sangat wajar jika selama 6 tahun belakang di daerah setempat kondisi mobiler sangat memprihatinkan mengingat pembiayaan pengadaan itu sangat besar dan mendesak ditengah pengetatan anggaran oleh pemerintah.
Namun, sambungnya, pemerintah setempat akan mengupayakan pengadaan mobiler tersebut pada tahun anggaran 2023, sebanyak 50 kelas. Dan semua itu tentu sangat jauh dari cukup.
Melihat kondisi itu, ia meminta semua pihak untuk dapat mengatasi persoalan tersebut terutama pada anggota DPRD di Daerah Pemilihan (Dapil) masing – masing melalui pokirnya dengan menanggarkan pengadaan mobiler pada tahun 2023 mendatang.
“Kami dari Dinas Pendidikan akan berupaya sekuat tenaga dalam mengatasi kebutuhan ini yang memerlukan dukungan semua pihak demi terwujudnya pendidikan Tacelak, Pasisia Rancak,” tutupnya.
Seperti diketahui, Puluhan siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri 34 Siguntur Tua Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, terpaksa harus belajar dilantai karena tidak memiliki kursi dan meja di sekolah tersebut.
Kepala Sekolah Dasar 34 Siguntur Tua, Ermaida mengatakan siswa yang belajar dilantai itu merupakan siswa kelas 2, dengan memanfaatkan ruangan tempat ibadah (Musholla) yang beralaskan karpet atau permadani.
Dengan kondisi demikian membuat dirinya resah apalagi sekolah itu telah lolos sebagai sekolah penggerak. Sehingga keresahan ia sampaikan ke salah seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Daerah Pemilihan (Dapil) setempat termasuk juga komite.
“Siswa belajar dilantai mushola ini semenjak tahun ajaran baru. Karena kursi dan meja tidak ada. Dengan keresahan ini saya ungkapkan ke salah seorang anggota Dewan Dapil sini,” kata dia, Minggu (18/9) kemarin.
“Dan saya sangat respect sekali dengan anggota Dewan, Robi Nur dan juga komite,” bebernya.
Ia menyampaikan, agar siswa – siswa tersebut bisa belajar seperti dengan peserta didik yang lainya. Sehingga ia pun berinisiatif agar tidak kelamaan belajar dilantai ber inisiatif mencoba untuk memperbaiki kursi – kursi yang rusak di sekolah tersebut agar dapat dimanfaatkan. Namun upaya itu tidak sesuai yang diharapkanya
“Agar anak – anak bisa belajar dengan nyaman dan tidak dilantai lagi, saya telah mencoba untuk memperbaiki kursi yang patah namun juga tidak bisa dimanfaatkan. Namanya kursi yang rusak yang kita perbaiki tentu tidak bisa dipergunakan,” ujarnya.
Ia mengakui bahwa persolaan itu belum pernah disampaikan ke Dinas Pendidikan setempat. Menurutnya dalam penyediaan mobiler dari pemerintah tersebut akan memakan waktu yang cukup lama. Karena terlebih dahulu harus mengajukan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) melalui aplikasi dengan menunggu proses yang lama.
“Ya, persoalan ini belum pernah saya sampaikan ke Dinas Pendidikan. Karena penyediaan ini harus mengajukan Dapodik dulu melalui aplikasi. Dan itu pun menunggu proses yang lama,” ungkapnya. (*)
Discussion about this post