NARAS I, REPINVESCOM
Hampir semua pembangunan di Desa Naras 1 yang menggunakan anggaran desa dimulai dari anggaran 2014 sampai 2017 disinyalir carut marut. Salah satu wc di dekat Mesjid Nurul Iman (suarau ketek) dengan kondisi memprihatinkan.
Belum lagi lapangan bola yang memakan anggaran cukup besar masih belum sempurna pengerjaannya, serta tanaman batang pinang yang ditanam mengelilingi lapangan dengan jumlah 300 batang lebih, semuanya mati.
Dengan pembangunan yang carut marut seperti ini ada indikasi permainan untuk memperkaya diri, dan lemahnya pengawasan dari BPD (Badan Pengawas Desa). Seharusnya proyek yang telah dikerjakan harus dipelihara agar manfaatnya lama.
Berita terkait : Bola Panas Laporan Dugaan Korupsi Dana Desa Naras I di Kejari Pariaman Bergulir
Sebagai bukti, masih di sekitar lapangan bola Desa Naras 1, salah satu wc yang telah dibangun dibiarkan saja tanpa perawatan, sehingga wc tidak bisa dipakai lagi, begitu pun dengan batang pinang yang telah ditanam dibiarkan saja sehingga batang pinang yang ditanam mati semua.
Salah satu masyarakat Desa Naras 1 yang tidak mau disebutkan namanya berharap anggaran besar yang dikucurkan oleh negara setiap tahunnya dipergunakan dengan sebaik baiknya.
“Saya kecewa dengan kinerja pemerintah desa sekarang yang tidak transparan tentang anggaran dana dan pertanggung jawaban kinerjanya, orang-orang yang diperkerjakan hanya orang-orang terdekatnya saja. Kepala desa harus cerdas didalam menilai kinerja bawahannya, jika tidak pecus pecat saja, masih banyak pemuda dan pemudi di desa Naras 1 yang pintar-pintar,” jelasnya.
Senada dengan warga lain yang juga tidak mau di sebut namanya, berharap perangkat-perangkat desa harus diremajakan. “Kita lihat perangkat desa sekarang sudah banyak yang uzur sehingga pelayanan masyarakat banyak terbengkalai,” ungkapnya.
Kepala Desa Naras 1 Masri, mengenai batang pinang yang mati mengatakan, kalau dia sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Katanya, ada masyarakat dengan sengaja memotong batang pinang tersebut. “Karena ada masyarakat yang memotong batang pinang tersebut ntah apa tujuannya,” tuduh Masri.
Elmi Nasir bendahara Mesjid Nurul Iman (Surau Ketek) yang juga salah satu anggota BPD, mengenai wc yang dibangun oleh desa melalui anggaran desa mengatakan, jikalau wc tersebut bukanlah tanggungjawab pihak mesjid, karna wc dibangun oleh desa. “Untuk perawatan, perbaikan dan pengolaan desa yang bertanggung jawab, meskipun letak wc itu di Mesjid Nurul Iman,” jelasnya.
Wakil Ketua BPD Nurdin, mengatakan batang pinang yang ditanam seharusnya yang memiliki tinggi satu meter semestinya memakai polibek. “Kami telah menanyakan kepada dinas pertanian mengenai bibitnya, dan dinas pertanian mau membantu, namun tidak didengarkan, dan dikerjakan sendiri. Lagi pula kabarnya harga pinang tersebut dibeli dengan harga 50 ribu satu batang dengan jumlah 300 batang, dengan anggaran Rp25 juta, dan sekarang batang pinang nya sudah mati ini kan jadi mubazir,” sesal Nurdin.
Nurdin juga menambahkan, menurutnya batang pinang tersebut setelah ditanam diabaikan begitu saja, tidak dipupuk, tidak disisik dan dibiarkan mati. “Seharusnya desa merawat semua yang telah dikerjakan dan dalam pembuatan lapangan bola telah diusulkan agar yang mengerjakan itu ahlinya, namun tidak didengarkan dan sekarang lapangan bola masih bergelombang dan belum layak sebetulnya untuk main sepak bola,” ulasnya mengakhiri.
Discussion about this post